Indeks dolar AS (DXY) menguat lebih dari 0.2 persen menuju level 92.20 lagi pada pertengahan sesi Eropa hari Selasa ini (29/6/2021). Pelaku pasar sempat bersikap wait-and-see dalam perdagangan kemarin, tetapi terpaksa bertindak di tengah munculnya kekhawatiran baru terkait penyebaran COVID-19 di benua Australia dan Asia.
Kekhawatiran terhadap penyebaran COVID-19 varian Delta di benua Australia dan Asia sebenarnya sudah berlangsung cukup lama, tetapi peningkatan jumlah kasus di berbagai negara baru-baru ini memperburuk situasi. Indonesia terus-menerus mencetak jumlah kasus tertinggi dalam periode pekanan. Malaysia siap memperpanjang lockdown di kawasannya, sedangkan Thailand malah memperketat aturan lockdown.
Di benua Australia, pemerintah memutuskan untuk memberlakukan lockdown selama dua minggu di Sydney. Pasalnya, terdapat temuan klaster baru varian Delta yang mendadak menaikkan jumlah kasus dari digit tunggal ke angka ratusan dalam waktu singkat.
Pelaku pasar mencemaskan dampak berbagai kebijakan lockdown baru ini bagi prospek pemulihan global. Pertumbuhan ekonomi kemungkinan melambat lagi, sementara bank-bank sentral bakal menghindari diskusi tentang kenaikan suku bunga dengan alasan perekonomian masih membutuhkan dukungan dari program pembelian obligasi dan suku bunga rendah.
“Saya kira cukup adil untuk mengatakan bahwa peningkatan kasus varian Delta itu jelas membebani sentimen, menyediakan peluang bagi prakiraan pertumbuhan paruh kedua (2021) untuk diturunkan dan membuka peluang bagi aksi penghindaran risiko untuk marak lagi,” kata Stuart Cole, kepala ekonom makro di Equiti Capital.
“Kenaikan apa pun dalam penghindaran risiko itu jelas sekali merupakan berita baik bagi dolar AS,” imbuh Cole.
Dolar Australia dan dolar New Zealand masuk ke jajaran mata uang yang terdampak paling parah oleh gejolak ini. AUD/USD dan NZD/USD masing-masing telah membukukan penurunan harian lebih dari 0.7 persen. Keduanya disusul oleh euro yang berhasil membatasi pelemahannya sampai 0.35 persen saja, serta pound sterling yang mencatat pelemahan lebih dari 0.4 persen. Sebaliknya, dolar AS dan yen Jepang justru jadi jawara.
“Pasar telah lama siap untuk memasang posisi long pada euro lantaran optimisme terkait program vaksinasi di wilayah ini, tetapi prakiraan bahwa COVID varian Delta dapat menyebar ke Eropa pada bulan-bulan musim panas kini dapat mencederai keyakinan pada perdagangan ini,” kata Jane Foley, seorang pakar strategi ternama dari Rabobank, yang memperkirakan EUR/USD akan jatuh dari 1.20 menjadi 1.19 dalam tempo satu bulan.”
Diunggah ulang dari analisaforex, semua hak cipta dimiliki oleh penulis asli.
风险提示:以上内容仅代表作者或嘉宾的观点,不代表 FOLLOWME 的任何观点及立场,且不代表 FOLLOWME 同意其说法或描述,也不构成任何投资建议。对于访问者根据 FOLLOWME 社区提供的信息所做出的一切行为,除非另有明确的书面承诺文件,否则本社区不承担任何形式的责任。
FOLLOWME 交易社区网址: www.followme.ceo
加载失败()