Kinerja sejumlah perusahaan big cap di bursa saham Indonesia sepanjang tahun ini kurang menggembirakan

avatar
· 阅读量 62

Kinerja sejumlah perusahaan big cap di bursa saham Indonesia sepanjang tahun ini kurang menggembirakan. Sebanyak 20 perusahaan big cap terbesar mengalami penurunan harga saham yang signifikan, yakni PT Bayan Resources Tbk, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk, PT Astra International Tbk, PT Barito Pacific Tbk, dan PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk yang mengalami penurunan harga saham secara year to date. Penurunan suku bunga acuan BI menjadi 6% dan potensi penurunan suku bunga acuan The Fed diharapkan berdampak positif bagi pasar modal Indonesia, karena penurunan suku bunga dapat menurunkan suku bunga kredit dan menjaga konsumsi konsumen tetap tinggi. Meski dapat meningkatkan daya beli untuk semua jenis aset, sektor perbankan perlu berhati-hati menghadapi suku bunga rendah. Menurut Analis NH Korindo Sekuritas Indonesia Ezaridho Ibnutama, penurunan suku bunga dapat berdampak negatif terhadap kemampuan konsumen Indonesia dalam membayar utang dan mengakibatkan rasio pinjaman berisiko tinggi di masa mendatang. Penurunan suku bunga acuan ini dinilai menjadi sentimen positif bagi mayoritas sektor di pasar saham dan berpotensi meningkatkan kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Saham-saham berkapitalisasi besar dan blue chip biasanya menjadi incaran para pelaku pasar, khususnya investor asing. Penurunan suku bunga acuan ini dapat menyebabkan kinerja keuangan perusahaan-perusahaan big cap membaik, karena penurunan suku bunga dapat mendorong peningkatan permintaan kredit dan memberikan keringanan bagi perusahaan-perusahaan dengan utang berbunga mengambang. Pasca penurunan suku bunga acuan, investor dapat fokus pada saham-saham big cap atau yang valuasinya lebih rendah dibanding perusahaan sejenis. Investor direkomendasikan untuk membeli BBRI, ASII, dan TLKM dengan target harga masing-masing Rp 6.000 per saham, Rp 5.400 per saham, dan Rp 3.400 per saham. Lebih lanjut, koreksi yang dialami TLKM, ASII, dan BRPT bukanlah berita buruk dan dapat dilihat sebagai diskon sehingga masih menarik bagi investor. Kinerja BRPT terkait dengan dinamika geopolitik global, sedangkan kinerja ASII bergantung pada penjualan mobil dan kinerja TLKM bergantung pada peningkatan permintaan telekomunikasi, khususnya internet pita lebar. Meski berpotensi, investor yang sudah memiliki saham di perusahaan-perusahaan ini disarankan untuk melakukan average down terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk terus memegang atau menambah posisi. Nafan juga merekomendasikan akumulatif beli untuk TLKM, BRPT, dan ASII dengan target harga terdekat masing-masing Rp 3.150 per saham, Rp 1.230 per saham, dan Rp 5.475 per saham.

已编辑 20 Sep 2024, 12:16

风险提示:本文所述仅代表作者个人观点,不代表 Followme 的官方立场。Followme 不对内容的准确性、完整性或可靠性作出任何保证,对于基于该内容所采取的任何行为,不承担任何责任,除非另有书面明确说明。

喜欢的话,赞赏支持一下
avatar
回复 0

暂无评论,立马抢沙发

  • tradingContest