




Harga Minyak Merosot 4% di Tengah Ketegangan Perdagangan AS-China yang Meningkat
Harga minyak dunia anjlok tajam pada perdagangan hari Rabu, mencapai titik terendah dalam lebih dari empat tahun terakhir. Pemicu utamanya adalah meningkatnya kekhawatiran akan resesi global setelah Presiden AS Donald Trump secara resmi menaikkan tarif terhadap produk impor dari China, memperuncing tensi perang dagang.
Pasar Guncang, Harapan Negosiasi Pupus
Sebelumnya, pasar sempat berharap Trump akan memberikan kelonggaran tarif guna membuka jalan negosiasi dagang, khususnya dengan China—importir minyak terbesar di dunia. Namun harapan itu pupus setelah Selasa malam, Trump justru menandatangani perintah eksekutif menaikkan tarif menjadi 50% tambahan, mendorong total tarif AS terhadap China ke 104%.
Langkah ini langsung menambah tekanan terhadap harga minyak yang sudah dalam tren turun. Pada pukul 03:53 WIB:
-
Minyak Brent (kontrak Juni) turun 3,8% ke $60,46/barel
-
WTI (West Texas Intermediate) turun 4,1% ke $56,69/barel
Dampak Ekonomi Luas dan Kekhawatiran Resesi
Tarif tinggi terhadap China diprediksi akan menekan permintaan energi global, terutama dari China. Di sisi lain, dampak tarif juga dikhawatirkan akan memperlambat pertumbuhan ekonomi Amerika sendiri, meningkatkan potensi inflasi, dan menghambat perdagangan global.
Sejumlah bank investasi dan analis kini memperkirakan kemungkinan resesi di AS tahun 2025 semakin tinggi—suatu skenario yang bisa menurunkan permintaan minyak secara drastis.
China Siap Lawan, Pasar Makin Tak Pasti
China, yang sebelumnya telah membalas dengan tarif 34% terhadap barang-barang AS, bersikap tegas dan menyatakan siap “bertarung sampai akhir.” Diperkirakan Beijing akan memperkuat kebijakan stimulus guna melindungi ekonominya dari efek tarif Trump.
Data Persediaan AS Jadi Penopang Ringan
Di tengah tekanan global, harga minyak mendapat sedikit dorongan dari laporan American Petroleum Institute (API) yang menunjukkan penurunan stok minyak mentah AS sebesar 1,1 juta barel pekan lalu. Meskipun lebih kecil dari ekspektasi, ini menandakan adanya sedikit pemulihan dari lonjakan stok sebelumnya yang mencapai 6,1 juta barel.
Data resmi dari pemerintah AS akan dirilis nanti malam dan akan menjadi indikator penting bagi pergerakan harga selanjutnya.

Rupiah Melemah 1,8%, Bank Mulai Jual Dolar di Atas Rp17.000


Negosiasi Tarif AS-Mandek, IHSG Terancam Melanjutkan Tren Bearish

风险提示:本文所述仅代表作者个人观点,不代表 Followme 的官方立场。Followme 不对内容的准确性、完整性或可靠性作出任何保证,对于基于该内容所采取的任何行为,不承担任何责任,除非另有书面明确说明。
加载失败()