Dolar Menguat di Tengah Gejolak Geopolitik, Investor Tunggu Data Inflasi AS

avatar
· 阅读量 15

Dolar Menguat di Tengah Gejolak Geopolitik, Investor Tunggu Data Inflasi AS


Ringkasan:

  • Fokus pasar tertuju pada laporan inflasi sebelum pertemuan The Fed pekan depan
  • Pasar bertaruh pada pemangkasan suku bunga seiring pelemahan pasar tenaga kerja
  • Ketidakpastian politik global picu kekhawatiran investor


Dolar AS bergerak stabil pada Rabu menjelang rilis data inflasi yang akan menjadi acuan arah kebijakan Federal Reserve. Ketegangan geopolitik global juga mendorong minat investor pada aset aman seperti franc Swiss.

Data ketenagakerjaan pekan lalu menunjukkan pertumbuhan lapangan kerja di AS jauh di bawah perkiraan dalam setahun terakhir, sehingga memperkuat ekspektasi bahwa The Fed hampir pasti memangkas suku bunga pekan depan.


Namun, kondisi ini tidak banyak mempengaruhi pasar saham yang masih berada di level tertinggi sepanjang masa, maupun pergerakan dolar secara langsung, meskipun sebagian investor mempertimbangkan kemungkinan pemangkasan agresif sebesar 50 basis poin.

Situasi geopolitik menambah tekanan: serangan udara Israel ke Qatar yang menargetkan pemimpin Hamas pada Selasa, serta insiden Polandia menembak jatuh drone Rusia yang memasuki wilayahnya pada Rabu, membuat investor semakin waspada.


Jane Foley, Kepala Strategi FX Rabobank, mengatakan, “Pasar sudah cukup yakin The Fed akan memangkas suku bunga. Namun, ketidakpastian geopolitik—seperti kabar dari Polandia dan Qatar—jelas bukan sinyal yang menenangkan.”


Euro relatif tenang terhadap dolar, namun melonjak 0,5% terhadap zloty Polandia ke 4,268 zloty—kenaikan harian terbesar dalam tiga bulan.


Ekspektasi The Fed

Trader kini sepenuhnya memperkirakan pemangkasan seperempat poin pekan depan, dengan peluang kecil untuk setengah poin. Laporan inflasi produsen (PPI) Rabu dan inflasi konsumen (CPI) Kamis bisa menjadi penentu apakah peluang pemangkasan lebih besar akan terbuka.

Kieran Williams, Kepala FX Asia di InTouch Capital Markets, menilai, “Ambang batas untuk pemangkasan 50 bps cukup tinggi. Dibutuhkan kejutan inflasi inti yang jelas lebih rendah agar The Fed punya alasan. Mengingat harga jasa yang masih lengket, pemangkasan jumbo pekan depan kecil kemungkinan terjadi.”


Ketidakpastian Politik Global

Pekan ini, Perdana Menteri Prancis dan Jepang sama-sama mengundurkan diri, menambah ketidakpastian politik dan ekonomi di dua dari tujuh negara terkaya dunia.

Euro stagnan di US$1,1702 setelah melemah 0,5% sehari sebelumnya. Yen diperdagangkan stabil di 147,49 per dolar, sementara franc Swiss mendekati level tertinggi tujuh minggu. Indeks dolar (DXY) tidak banyak bergerak, meskipun sepanjang tahun ini sudah turun 10% akibat kebijakan perdagangan-fiskal AS yang tidak menentu serta kekhawatiran soal independensi bank sentral.

Pasar juga menanggapi dingin keputusan pengadilan yang sementara waktu melarang Presiden Donald Trump mencopot Gubernur The Fed Lisa Cook—kasus yang diperkirakan berlanjut ke Mahkamah Agung AS.


Data Selasa menunjukkan ekonomi AS menciptakan 911 ribu pekerjaan lebih sedikit dalam 12 bulan hingga Maret dibanding perkiraan awal, menandakan perlambatan terjadi bahkan sebelum tarif impor Trump diberlakukan. Meski begitu, data ini tidak banyak mengubah ekspektasi pasar soal kebijakan suku bunga.


Matt Simpson, Analis Senior di City Index, menilai, “Pemangkasan 50 bps justru bisa merusak sentimen. Fed juga ingin menjaga kredibilitas dan tidak terlihat tunduk pada tekanan Trump.”

Ia menambahkan, “Pasar sudah memproyeksikan tiga kali pemangkasan dalam tiga pertemuan mendatang. Fed dalam posisi baik untuk memenuhi ekspektasi itu, atau bahkan membuka peluang pemangkasan lebih lanjut di 2026, tanpa harus langsung memangkas 50 bps pekan depan.”


#USDollarIndex##USeconomy##indonesia##FlashNews#

风险提示:本文所述仅代表作者个人观点,不代表 Followme 的官方立场。Followme 不对内容的准确性、完整性或可靠性作出任何保证,对于基于该内容所采取的任何行为,不承担任何责任,除非另有书面明确说明。

喜欢的话,赞赏支持一下
avatar
回复 0

加载失败()

  • tradingContest