Kombinasi kebijakan pemerintah menempatkan dana Rp200 triliun di bank-bank Himbara dan penurunan BI Rate ke 4,75% dinilai bakal memperkuat likuiditas perbankan sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi.
Dana segar tersebut dibagi antara bank-bank besar: BRI, Mandiri, dan BNI masing-masing Rp55 triliun, BTN Rp25 triliun, serta BSI Rp10 triliun. BRI menegaskan, tambahan likuiditas ini akan diarahkan untuk pembiayaan UMKM dengan tetap menjaga prinsip kehati-hatian.
Pemangkasan BI Rate juga memberi angin segar. Suku bunga pinjaman diharapkan turun lebih cepat, sehingga biaya kredit semakin ringan. Direktur Utama CIMB Niaga, Lani Darmawan, menilai meski dana ditempatkan di bank BUMN, dampaknya akan terasa di industri perbankan secara keseluruhan. Likuiditas yang lebih longgar bisa menekan biaya dana (cost of fund), menurunkan bunga kredit, dan meningkatkan daya beli masyarakat.
Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menambahkan, penempatan dana ini akan meredakan kompetisi bunga deposito yang selama ini membuat bunga pinjaman sulit turun. Dengan begitu, cost of money perbankan lebih rendah dan intermediasi bisa berjalan lebih optimal.
Meski begitu, Bank Indonesia mencatat penurunan bunga kredit dan deposito masih lambat.
Sepanjang 2025, BI sudah memangkas BI Rate 125 bps ke level 5%, tetapi bunga deposito hanya turun tipis 16 bps menjadi 4,65% per Agustus 2025. Hal ini terutama dipengaruhi special rate untuk deposan besar yang masih tinggi, mencapai sekitar 70% dari total deposito.
Dengan kombinasi stimulus fiskal dan moneter, baik bank BUMN maupun swasta berharap persaingan bunga lebih terkendali, intermediasi meningkat, serta akses pembiayaan semakin luas untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang lebih inklusif.
风险提示:本文所述仅代表作者个人观点,不代表 Followme 的官方立场。Followme 不对内容的准确性、完整性或可靠性作出任何保证,对于基于该内容所采取的任何行为,不承担任何责任,除非另有书面明确说明。
加载失败()