
Ekonomi China diprediksi mencatat pertumbuhan paling lambat dalam satu tahun terakhir pada kuartal III (Q3) 2025, dengan laju sekitar 4,8% secara tahunan (year-on-year). Perkiraan ini berdasarkan survei yang dilakukan oleh AFP pada Jumat (17/10/2025).
Kinerja ekonomi Negeri Tirai Bambu masih tertahan akibat melemahnya permintaan domestik, krisis sektor properti, dan ketegangan perdagangan dengan Amerika Serikat (AS) yang menekan ekspor.
China dijadwalkan merilis data resmi pertumbuhan ekonominya pada Senin mendatang, bertepatan dengan pertemuan Partai Komunis Tiongkok yang akan membahas arah kebijakan ekonomi lima tahun ke depan.
Menurut hasil survei AFP, pertumbuhan 4,8% pada periode Juli–September akan lebih rendah dari 5,2% yang tercatat pada kuartal sebelumnya dan menjadi laju paling lambat sejak tahun lalu. Angka ini juga diperkirakan tidak mencapai target tahunan pemerintah China, yakni 5%.
“Perekonomian memang melambat, tidak drastis, tapi terasa,” ujar Alicia Garcia-Herrero, Kepala Ekonom Asia-Pasifik di Natixis.
“Masalah utamanya terletak pada penurunan konsumsi dan tekanan deflasi yang masih kuat,” tambahnya.
Garcia-Herrero juga menyoroti kerentanan fiskal pemerintah daerah akibat beban utang tinggi yang membuat beberapa provinsi kesulitan membayar kewajiban pinjaman.
Para ekonom menilai China perlu beralih ke model pertumbuhan yang lebih bergantung pada konsumsi domestik, bukan lagi pada pembangunan infrastruktur dan sektor properti.
Sejalan dengan itu, ekonom senior Rabobank dalam catatan terbarunya menyebut bahwa transisi ke arah pertumbuhan berbasis konsumsi kemungkinan akan menjadi salah satu topik utama dalam rapat Partai Komunis pekan ini.
风险提示:本文所述仅代表作者个人观点,不代表 Followme 的官方立场。Followme 不对内容的准确性、完整性或可靠性作出任何保证,对于基于该内容所采取的任何行为,不承担任何责任,除非另有书面明确说明。


加载失败()