Kurs dolar AS terus menguat hingga menjelang akhir sesi perdagangan New York pekan ini (28/1/2022). Indeks dolar AS menerobos ambang 97.00 pasca rilis data GDP Amerika Serikat, sementara greenback unggul terhadap semua mata uang mayor. Namun, indeks dolar tampaknya menghadapi penolakan pertama menjelang ambang 97.50.
Laporan preliminer GDP Amerika Serikat kemarin menunjukkan pertumbuhan 6.9 persen (Quarter-over-Quarter) pada kuartal IV/2021. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan 5.5 persen yang diperkirakan oleh pelaku pasar, sekaligus tiga kali lipat lebih pesat dibandingkan pertumbuhan 2.3 persen pada kuartal sebelumnya.
Pasar mengaitkan rilis data GDP yang ciamik tersebut dengan pernyataan hawkish The Fed sehari sebelumnya, kemudian melahirkan spekulasi kenaikan suku bunga yang lebih agresif. Fed Funds Rate mengisyaratkan ada pemain pasar yang memperkirakan kenaikan suku bunga sampai lima atau enam kali sepanjang tahun ini. Padahal, prakiraan sampai pekan lalu hanya tiga atau empat kali saja.
Keperkasaan dolar AS memperoleh dukungan penuh dari para analis. Namun, sejumlah suara mulai menerka sampai sejauh mana reli USD akan berlanjut.
Kit Juckes, pakar strategi makro dari Société Générale, mengatakan dalam catatan bulanannya bahwa dolar masih punya ruang untuk terus menguat selama pekan-pekan mendatang. Namun, “ini tahap terakhir dari pergerakan (naik)-nya.”
“Dihadapkan pada pasar tenaga kerja yang ketat, permintaan domestik yang kuat, dan tekanan inflasi yang tidak hanya disebabkan oleh gangguan rantai pasokan, Federal Reserve memberi kebebasan bagi pasar untuk memperhitungkan lebih banyak kenaikan suku bunga, lebih cepat,” kata Juckes, “Fokus pada kebijakan moneter menandakan suatu periode volatilitas yang lebih tinggi yang dapat menekan semua mata uang berbeta tinggi… sehingga kami cenderung untuk ‘fade’ atas reli.”
“Dolar berada pada atas siklus dan punya ruang untuk reli lebih lanjut karena selisih suku bunga dan peningkatan level volatilitas pasar menyediakan dukungan. Namun, ini tahap terakhir dari pergerakan (naik) itu.”
Juckes mengingatkan karakteristik dolar AS sebagai mata uang anti-siklikal. Ketika pertumbuhan global menghadapi tekanan, misalnya saat awal berkembangnya pandemi COVID-19, USD cenderung menguat. Namun keunggulan greenback menyusut seiring dengan memudarnya gejolak.
“Seiring perekonomian global bangkit dari fase terburuk pandemi COVID tahun ini, fokus pasar akan bergeser menuju normalisasi kebijakan moneter dan pertumbuhan di luar AS, dan kinerja mata uang terbaik pada semester kedua tahun ini mungkin datang dari luar negara-negara maju utama.”
“The Fed melaksanakan pekerjaan yang baik dengan membuat pasar memperhitungkan laju normalisasi kebijakan moneter yang cepat dan itu meninggalkan ruang bagi indeks ekuitas untuk reli, dan sentimen risiko membaik lebih luas,” lanjut Juckes, “Jika COVID-19 menjadi kurang mematikan, dan diasumsikan distribusi vaksin global berlanjut, benih untuk reli mata uang-mata uang negara berkembang yang sensitif terhadap pertumbuhan telah ditebar.”
作者:analisa_id,文章来源analisa_id,版权归原作者所有,如有侵权请联系本人删除。
风险提示:以上内容仅代表作者或嘉宾的观点,不代表 FOLLOWME 的任何观点及立场,且不代表 FOLLOWME 同意其说法或描述,也不构成任何投资建议。对于访问者根据 FOLLOWME 社区提供的信息所做出的一切行为,除非另有明确的书面承诺文件,否则本社区不承担任何形式的责任。
FOLLOWME 交易社区网址: www.followme.ceo
加载失败()