Perang Rusia-Ukraina Mengancam Suku Bunga, Dolar Terkoreksi

avatar
· 阅读量 280

Indeks dolar AS (DXY) jatuh ke kisaran 96.75-an dalam perdagangan awal sesi New York hari Jumat ini (25/2/2022). Investor dan trader tengah menimbang dampak dari gelombang sanksi terbaru atas Rusia, sekaligus menelaah rilis data inflasi Amerika Serikat terbaru yang lagi-lagi mengungguli ekspektasi.

Perang Rusia-Ukraina Mengancam Suku Bunga, Dolar Terkoreksi

Aksi militer Rusia ke wilayah Ukraina sejak kemarin memantik kemurkaan banyak pihak. Amerika Serikat, Uni Eropa, bersama sejumlah negara sekutu lainnya serentak mengumumkan serangkaian sanksi bagi perusahaan dan entitas penting Rusia guna membatasi aktivitas internasional mereka. Namun, pasukan Rusia masih terus merangsek maju menuju ibukota Ukraina dan menduduki sejumlah posisi strategis.

Uni Eropa kini tengah menggodok sanksi babak ketiga atas Moskow. Salah satu alternatif paling ekstrim yang mencuat adalah pemutusan hubungan Rusia dengan SWIFT, yang berpotensi merusak sarana pembayaran internasional bagi perdagangan-perdagangan luar negeri Rusia.

Sejumlah analis menilai peperangan ini dapat membuat bank-bank sentral utama mempertimbangkan ulang rencana kenaikan suku bunga mereka. The Fed menjadi lebih mungkin menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin bulan depan, ketimbang 50 basis poin yang sempat diperhitungkan oleh pelaku pasar. Bank sentral Eropa (ECB) pun kemungkinan bakal mensuspensi rencana penarikan stimulus moneternya.

Baca Juga:   BERITA SAHAM 17/07/2018 - DI SEMESTER I, MARKETING SALES DMAS CAPAI Rp561 MILIAR

Sementara itu, kinerja ekonomi negeri Paman Sam tetap ciamik. Data belaja konsumen AS menunjukkan peningkatkan lebih dari ekspektasi pada bulan Januari 2022, meskipun tekanan harga-harga terus meningkat. Indeks harga PCE tercatat meningkat lagi sebanyak 0.6 persen pada Januari 2022, setelah mendaki 0.5 persen pada Desember 2021. Laporan pesanan barang tahan lama (Durable Goods Order) juga kompak menghijau.

“Revisi data pendapatan dan pengeluaran menunjukkan perekonomian sangat tahan terhadap Omicron dan harga minyak yang tinggi. Mudah-mudahan, situasi dengan Rusia berumur pendek. Tetapi bahkan jika harga minyak tetap tinggi, perekonomian semestinya memiliki kekuatan fundamental yang cukup untuk mentolerir harga energi yang pesat,” kata Brian Jacobsen, ahli strategi investasi senior di Allspring Global Investments di Menomonee Falls, Wisconsin.

“Angka-angka inflasi tidak besar, tetapi setidaknya angka inflasi bulanan tidak bergerak lebih tinggi,” kata Jacobsen. “Itu akan menghilangkan angin segar dari kubu-kubu anggota Fed yang paling hawkish.”

风险提示:本文所述仅代表作者个人观点,不代表 Followme 的官方立场。Followme 不对内容的准确性、完整性或可靠性作出任何保证,对于基于该内容所采取的任何行为,不承担任何责任,除非另有书面明确说明。

喜欢的话,赞赏支持一下
avatar
回复 0

加载失败()

  • tradingContest