
Resesi AS Bakal Jadi Berita Baik untuk Market?
Menurut Michael Yoshikami, pendiri dan CEO Destination Wealth Management, resesi di AS dapat mencegah terjadinya penurunan pasar yang tajam pada paruh kedua tahun ini. Laporan CNBC menyebutkan bahwa inflasi harga konsumen di AS turun menjadi 4,9 persen YoY pada bulan April. Penurunan tersebut mencapai tingkat tahunan terendah sejak April 2021. Data tersebut dianggap pasar sebagai tanda bahwa upaya Bank Sentral AS (The Fed) dalam menahan inflasi akhirnya membuahkan hasil.
Indeks harga konsumen (Consumer Price Index/CPI) mengalami penurunan yang signifikan sejak mencapai puncak di atas 9 persen pada Juni 2022. Meskipun angka terbaru masih jauh di atas target The Fed sebesar 2 persen. CPI inti, yang tidak termasuk harga makanan dan energi yang volatil, mengalami kenaikan sebesar 5,5 persen pada bulan April. Ini terjadi seiring dengan ketahanan ekonomi dan ketatnya pasar tenaga kerja.
The Fed secara konsisten menegaskan komitmennya untuk melawan inflasi. Namun risalah dari pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) terakhir membahas arah suku bunga acuan AS. Pada akhirnya, mereka memutuskan untuk menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin. Dengan target suku bunga antara 5 persen dan 5,25 persen.
Jerome Powell, Ketua The Fed, mengindikasikan bahwa ada kemungkinan jeda dalam siklus kenaikan suku bunga pada pertemuan FOMC bulan Juni mendatang.
Namun, beberapa anggota masih berpendapat bahwa kenaikan tambahan masih diperlukan. Sementara yang lain mengantisipasi perlambatan pertumbuhan yang dapat menghilangkan kebutuhan untuk pengetatan lebih lanjut. Bank sentral telah menaikkan suku bunga sebanyak 10 kali sejak Maret 2022.
Yoshikami menyatakan bahwa satu-satunya cara untuk terjadinya jeda tersebut adalah melalui resesi yang berkepanjangan, yang menurutnya tidak mungkin terjadi tanpa adanya pengetatan kebijakan lebih lanjut, karena penurunan harga minyak akan merangsang aktivitas ekonomi.
“Meskipun terdengar aneh, jika kita tidak mengalami pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat di Amerika Serikat, dan bahkan mungkin resesi yang dangkal, hal itu dapat dianggap sebagai hal negatif karena suku bunga mungkin tidak akan dipotong atau bahkan mungkin tetap tinggi,” ujar Yoshikami.
Yoshikami yakin bahwa lebih banyak perusahaan akan mulai mengadopsi sikap yang lebih konservatif dalam proyeksi pendapatan masa depan, untuk mengantisipasi biaya pinjaman yang tetap tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama dan tekanan terhadap margin.
“Menurut saya, semuanya bergantung pada apakah ekonomi akan mendekati resesi atau tidak. Percaya atau tidak, jika itu terjadi, saya pikir itu akan menjadi berita baik. Jika ekonomi berhasil menghindarinya dan terus berada pada jalur yang kuat, maka saya pikir kita akan menghadapi beberapa masalah di pasar pada paruh kedua tahun ini,” tambahnya.
Sumber
作者:Traderharian_Home > Analisis,文章来源Traderharian,版权归原作者所有,如有侵权请联系本人删除。
风险提示:本文所述仅代表作者个人观点,不代表 Followme 的官方立场。Followme 不对内容的准确性、完整性或可靠性作出任何保证,对于基于该内容所采取的任何行为,不承担任何责任,除非另有书面明确说明。


加载失败()