
IDXChannel – Saham raksasa perusahaan teknologi Asia Tenggara tampaknya masih memerlukan waktu yang lama untuk bisa kembali ke level puncak di tengah sejumlah sinyal perbaikan kinerja keuangan.
Terbaru, ikon startup teknologi Indonesia PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) mengklaim telah melakukan sejumlah perbaikan kinerja di sepanjang 2023, dibanding realisasi pada 2022 lalu.

"(Perbaikan) mulai dari EBITDA yang disesuaikan positif di Q4-2023, pendapatan yang naik, hingga rugi operasional yang turun," ujar Direktur Utama GOTO, Patrick Walujo, dalam keterangan resminya, Selasa (19/3/2024).
Tahun lalu, menurut Patrick, perseroan melaporkan EBITDA Grup yang disesuaikan positif untuk pertama kalinya sebesar Rp77 miliar di Q4-2023.

Capaian tersebut relatif membaik dibanding raihan pada periode yang sama tahun sebelumnya, di mana perseroan mengalami rugi EBITDA disesuaikan sebesar Rp3,14 triliun.
Pencapaian lainnya, perseroan membukukan pendapatan setahun mencapai Rp 14,79 triliun di 2023, tumbuh 30,28% dibandingkan dengan pendapatan tahun 2022 sebesar Rp 11,35 triliun.

Total beban operasional juga turun hingga 40 persen, atau Rp16 triliun dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara penurunan juga terjadi di beban penjualan dan pemasaran yang dipangkas 54,35 persen, menjadi Rp 6,43 triliun dari tahun sebelumnya Rp14,09 triliun.
GOTO pun berhasil memangkas rugi operasional (rugi usaha) di tahun 2023 menjadi Rp 10,28 triliun, turun 66,11% dari tahun sebelumnya rugi usaha Rp 30,33 triliun.
Perseroan juga sebelumnya sudah menyepakati kemitraan strategis dengan TikTok yang berinvestasi ke Tokopedia untuk pengembangan bisnis e-commerce.
Dengan investasi senilai lebih dari USD1,5 miliar atau setara Rp23 triliun (kurs Rp15.500 per USD) ini, TikTok di Indonesia telah bergabung di bawah entitas PT Tokopedia, yang kini dimiliki bersama-sama oleh GoTo dan TikTok sebagai mitra strategis, dan TikTok akan memegang pengendalian atas Tokopedia.
"Selanjutnya, seiring perbaikan profitabilitas dan arus kas, perseroan akan mengoptimalisasi pemanfaatan modalnya sejalan dengan rencana alokasi modal yang baru disusun," papar Patrick.
Rencana ini mencakup inisiatif pembelian kembali saham perseroan sebanyak-banyaknya USD200 juta atau setara Rp3,1 triliun, di mana implementasi dan realisasi atas rencana ini akan bergantung pada diperolehnya persetujuan dari regulator dan pemegang saham yang akan diajukan melalui Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) berikutnya.
Grab hingga Sea
Sebelumnya, rival utama GOTO di bidang jasa ride-hailing, Grab Holdings melaporkan, perusahaan berhasil mencetak laba di kuartal IV-2023 sebesar USD11 juta (Rp172,7 miliar) dari rugi periode sebelumnya USD391 juta (Rp6,14 triliun).
Sementara, rugi bersih sepanjang 2023 Grab tercatat USD485 juta, berkurang sebesar 72% YoY (secara tahunan), terutama, sebagaimana dijelaskan perusahaan, disebabkan oleh peningkatan EBITDA yang Disesuaikan (adjusted EBITDA) Grup, pengurangan kerugian nilai wajar investasi, dan penurunan beban bunga dan beban kompensasi berbasis saham.
Setali tiga uang, Sea Ltd, induk Shopee yang notabene pemain utama e-commerce di ASEAN selain Tokopedia—dan kini the rising star TikTok Shop—juga berhasil menorehkan laba di 2023.
Laba bersih Sea sepanjang 2023 mencapai USD162,7 juta, berbalik dari rugi bersih sebesar USD1,7 miliar pada 2022.
“Saya gembira untuk menyampaikan bahwa kami telah meraih laba tahunan setahun penuh pertama sejak IPO kami,” kata Forrest Li, Chairman dan Chief Executive Officer Sea dalam siaran pers pada 4 Maret lalu.
“Pada tahun 2023, kami mencapai profitabilitas, memperkuat kepemimpinan pasar untuk bisnis e-commerce, mengembangkan bisnis layanan keuangan digital, dan menstabilkan kinerja bisnis hiburan digital kami,” imbuhnya.
Harga Saham Masih Terpukul
Akibat tech winter di era suku bunga tinggi yang membuat likuiditas dan pendanaan seret, raksasa teknologi Asia Tenggara ikut limbung.
Saham Grab anjlok sekitar 70% sejak menggelar penawaran saham perdana (IPO) lebih dari 2 tahun silam. Demikian pula, saham GOTO dan pemain e-commerce RI Bukalapak (BUKA) yang ambles lebih dari 80% sejak listing. Induk Shopee, Sea, juga terjun bebas nyaris 70% dari awal IPO. (Lihat grafik di bawah ini.)
Sumber: TradingView
“Dibutuhkan waktu 10 tahun, atau mungkin lebih lama, untuk melihat harga saham ke level puncak kembali” pada startup yang listing di Asia Tenggara, jelas Takeshi Ebihara, founding general partner di Rebright Partners yang berbasis di Singapura, dikutip Nikkei Asia, Rabu (20/3).
Takeshi menambahkan, “Investor dan perusahaan teknologi harus menerima bahwa mereka tumbuh selama gelembung yang jarang terjadi [a rare bubble], yang tidak akan kita lihat dalam beberapa dekade mendatang.”
Menuju Pertumbuhan Berkelanjutan
Investor saat ini tengah mengejar perusahaan-perusahaan tersebut untuk mencapai profitabilitas yang berkelanjutan dan berhenti mengorbankan visi agresif “pertumbuhan dengan segala cara” atawa grow at all costs.
Seperti dibahas oleh sang bos di muka, GOTO menjadi salah satu yang tengah berjuang menuju jalur profitabilitas jangka panjang.
Analis pun melihat deal dengan media sosial asal China TikTok di bidang e-commerce bisa menjadi katalis positif untuk GOTO.
作者:Aldo Fernando,文章来源Idxchannel,版权归原作者所有,如有侵权请联系本人删除。
风险提示:以上内容仅代表作者或嘉宾的观点,不代表 FOLLOWME 的任何观点及立场,且不代表 FOLLOWME 同意其说法或描述,也不构成任何投资建议。对于访问者根据 FOLLOWME 社区提供的信息所做出的一切行为,除非另有明确的书面承诺文件,否则本社区不承担任何形式的责任。
FOLLOWME 交易社区网址: www.followme.ceo
加载失败()