
IDXChannel – Sektor tambang logam masih menjadi favorit analis seiring potensi rebound harga timah dan menguatnya nickel pig iron (NPI).
Kinerja PT Timah Tbk (TINS) dan PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) pun mencuri perhatian investor.

TINS diperkirakan akan mencatatkan hasil positif di kuartal III-2024, sementara NCKL menikmati lonjakan harga NPI. Namun, mana yang lebih unggul untuk dipilih?
Menurut riset BRI Danareksa Sekuritas, yang terbit pada Jumat (25/10/2024), harga timah yang sempat mengalami penurunan menunjukkan peluang untuk rebound, seiring penurunan inventori timah olahan di China sebesar 6 persen secara bulanan.

Hal ini dipicu oleh kesulitan China dalam mengamankan bijih timah dari Myanmar. Akibatnya, impor bijih timah turun 6 persen secara bulanan, dan produksi timah olahan anjlok 31 persen secara bulanan.
Sementara itu, ekspor timah Indonesia membaik, dengan total ekspor nasional pada kuartal ketiga 2024 mencapai 14,9 ribu ton, meningkat 40 persen secara kuartalan, didominasi oleh kontribusi penjualan dari smelter swasta.

Namun, Kementerian ESDM baru-baru ini mengumumkan pencabutan 15 izin tambang yang terkait dengan kasus korupsi di PT Timah (TINS), yang berpotensi memperketat pasokan jika izin tersebut memiliki kuota ekspor.
Kendati demikian, BRI Danareksa memperkirakan kinerja TINS pada kuartal III-2024 akan unggul, mengingat harga timah di London Metal Exchange (LME) stabil di atas USD30 ribu per ton dan cash cost (biaya tunai) terus membaik pasca reaktivasi Ausmelt.
Harga NPI Tertinggi
Permintaan baja tahan karat melonjak pasca libur Golden Week di China, memicu aktivitas restocking dari pabrik-pabrik baja tahan karat yang mendorong harga NPI mencapai level tertinggi sepanjang tahun 2024 di USD12.800 per ton.
Sementara itu, ekspor baja tahan karat China tercatat sebesar 524 ribu ton pada September, turun 6 persen secara bulanan, tetapi masih dianggap tinggi karena pasar memperkirakan adanya tindakan anti-dumping untuk baja tahan karat China.
Di sisi lain, Kementerian ESDM menyetujui kuota bijih WBN terbaru sebesar 32 juta wmt, yang lebih rendah dari volume penjualan 2023 sebesar 36 juta wmt, tetapi cukup untuk meredakan situasi premi bijih mulai awal 2025.
Rekomendasi Overweight
BRI Danareksa melihat peluang bagi produsen NPI untuk memanfaatkan harga NPI yang lebih kuat sepanjang Oktober guna menghasilkan margin tunai (cash margin) yang kuat, mencapai sekitar USD4 ribu per ton untuk NCKL dan sekitar USD 2 ribu per ton untuk MBMA dan ANTM.
Selain itu, ANTM diharapkan dapat memanfaatkan penjualan premi bijih yang ada kepada pihak ketiga, mengingat adanya jeda waktu antara persetujuan kuota RKAB WBN dan realisasi penjualan.
Meski demikian, ANTM akan tetap diuntungkan karena memiliki 10 persen saham di WBN.
“Oleh karena itu, kami mempertahankan rekomendasi overweight pada sektor ini, dengan urutan pilihan sebagai berikut: TINS > NCKL > ANTM > MDKA > MBMA > INCO,” kata analis BRI Danareksa Sekuritas. (Aldo Fernando)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.
作者:25/10/2024 10:21 WIB,文章来源Idxchannel,版权归原作者所有,如有侵权请联系本人删除。
风险提示:以上内容仅代表作者或嘉宾的观点,不代表 FOLLOWME 的任何观点及立场,且不代表 FOLLOWME 同意其说法或描述,也不构成任何投资建议。对于访问者根据 FOLLOWME 社区提供的信息所做出的一切行为,除非另有明确的书面承诺文件,否则本社区不承担任何形式的责任。
FOLLOWME 交易社区网址: www.followme.ceo
加载失败()