
IDXChannel – Harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) melemah pada perdagangan Jumat (25/10/2024), mengakhiri tren kenaikan selama empat hari tanpa henti.
Berdasarkan data pasar, pukul 13.37 WIB, kontrak berjangka (futures) CPO di Bursa Malaysia Derivatives turun 0,33 persen ke level MYR4.587 per ton.

Koreksi harga ini setelah dilaporkan bahwa India, sebagai pembeli utama, mengurangi pembelian akibat membesarnya premi dibandingkan dengan minyak nabati lainnya, yang turut menekan harga.
Selain itu, ada kehati-hatian menjelang data ekspor untuk periode 1-25 Oktober.

Meski demikian, kontrak CPO ini masih berada pada jalur untuk mencatatkan pekan terbaik sejak pertengahan Juni 2023, dengan kenaikan hampir 8 persen sejauh ini.
Hal tersebut didorong oleh pelemahan ringgit, kekuatan harga minyak saingan di pasar Dalian dan CBoT, serta diperkirakan adanya penurunan produksi.

Pada Kamis (24/10), harga CPO mencapai level tertinggi dalam lebih dari dua tahun.
Secara terpisah, dua produsen terbesar dunia, Malaysia dan Indonesia, mengumumkan beberapa perubahan kebijakan yang dapat mempengaruhi dinamika pasokan di masa depan.
Kebijakan baru Malaysia, yang akan berlaku mulai 1 November, akan meningkatkan bea ekspor menjadi 10 persen untuk minyak sawit mentah yang diperdagangkan di atas MYR4.050.
Sementara itu, Indonesia menegaskan kembali komitmennya untuk meluncurkan B40 pada Januari 2025, dengan rencana lebih lanjut untuk menerapkan B50.
Di sisi lain, harga minyak mentah sedang dalam jalur untuk mencatatkan kenaikan mingguan, didukung oleh harapan dimulainya kembali pembicaraan gencatan senjata di Gaza dalam beberapa hari ke depan.
Trader minyak sawit David Ng menyoroti proyeksi penurunan stok di Malaysia dan Indonesia.
"Kami melihat support di level MYR4.500 dan resistensi di MYR4.680," ujarnya kepada Bernama.
Analis senior di Fastmarket Palm Oil Analytics, Sathia Varqa, menjelaskan bahwa tren kenaikan harga sawit dipicu oleh kombinasi pertumbuhan ekspor yang kuat dan produksi yang lemah.
Berdasarkan survei produksi UOB KayHian untuk periode 1-20 Oktober, produksi di Sabah naik antara tujuh hingga 11 persen, sementara di Sarawak dan Semenanjung Malaysia turun masing-masing antara tiga hingga tujuh persen dan enam hingga 10 persen.
Secara keseluruhan, produksi pada periode tersebut diperkirakan turun antara satu hingga lima persen, memperketat pasokan pasar.
"Momentum bullish, ditambah dengan pertumbuhan ekspor yang kuat, produksi yang lemah, serta kenaikan harga minyak nabati terkait, telah memicu aksi beli besar-besaran pada futures CPO," ujar Varqa. (Aldo Fernando)
作者:25/10/2024 13:46 WIB,文章来源Idxchannel,版权归原作者所有,如有侵权请联系本人删除。
风险提示:本文所述仅代表作者个人观点,不代表 Followme 的官方立场。Followme 不对内容的准确性、完整性或可靠性作出任何保证,对于基于该内容所采取的任何行为,不承担任何责任,除非另有书面明确说明。
加载失败()