IDXChannel - Harga minyak mentah dunia mencatatkan kenaikan tipis pada penutupan perdagangan Selasa (12/11/2024).
Rebound minyak terjadi setelah sempat mengalami penurunan dalam dua hari berturut-turut yang menekan harga hingga minus 6 persen, meski OPEC kembali memangkas proyeksi permintaan untuk 2024 dan 2025.
Adiwarna Anugerah Abadi (NAIK) Listing Hari Ini, Jadi Emiten ke-39 di 2024Berdasarkan data pasar, kontrak berjangka (futures) Brent, yang menjadi acuan global, menguat 0,08 persen ke USD71,89 per barel, sedangkan minyak WTI naik 0,12 persen ke level USD68,12 per barel.
Mengutip MT Newswires, OPEC pada Selasa memangkas perkiraan pertumbuhan permintaan minyak selama empat bulan berturut-turut.
Jangan Lupa Cek Harga BBM Non Subsidi Pertamina per 13 November 2024Penurunan proyeksi pertumbuhan permintaan tahun ini sebanyak 107 ribu barel per hari menjadi 1,8 juta barel per hari.
OPEC juga mengurangi perkiraan pertumbuhan permintaan pada 2025 sebesar 103 ribu barel per hari menjadi 1,5 juta barel per hari.
IHSG Berpotensi Lanjut Menguat, BoW Saham BMRI-AMMN dan BRPT Spec BuyDalam laporan bulanan November, OPEC memperkirakan produksi dari luar OPEC akan tumbuh sebesar 1,1 juta barel per hari pada 2025, meskipun kelompok tersebut masih memberlakukan pengurangan kuota lebih dari enam juta barel per hari.
Pasar minyak juga tampak mengabaikan berita dari China, importir utama dunia, bahwa permintaan tetap lemah seiring dengan ekonomi negara tersebut yang sedang menghadapi tantangan.
Paket stimulus senilai USD1,4 triliun yang diumumkan pekan lalu untuk mengurangi beban utang pemerintah daerah dianggap kurang efektif dalam mendorong pengeluaran konsumen.
Sementara, inflasi China pada Oktober turun ke level terendah dalam empat bulan, menunjukkan lemahnya permintaan yang kemungkinan akan berlanjut meski produksi minyak global terus meningkat.
"Selama ini, harga minyak telah terlalu bergantung pada peristiwa geopolitik dan cuaca untuk mengimbangi kekhawatiran yang semakin besar akan kelebihan pasokan, termasuk kapan OPEC+ mungkin kembali menambah produksi dan berkurangnya permintaan minyak di China,” kata PVM Oil Associates, dikutip MT Newswires, Selasa (12/11).
“Dalam situasi harga yang stagnan, penawaran dan permintaan menjadi semakin signifikan dan tampaknya pelaku pasar minyak tidak menyukai apa yang mereka lihat," ujarnya.
Di sisi lain, kebijakan Amerika Serikat (AS) mungkin akan beralih ke peningkatan produksi shale domestik, karena Gubernur North Dakota yang pro-minyak, Doug Burgum, dipertimbangkan sebagai Menteri Energi dalam pemerintahan Donald Trump yang baru.
Administrasi baru ini diperkirakan memberikan tekanan pada harga minyak mentah.
"Administrasi Trump menghadirkan risiko penurunan khusus bagi harga minyak mentah, dengan ekspektasi peningkatan produksi domestik dan kemungkinan berkurangnya ekspor ke China akibat kebijakan perdagangan yang lebih ketat serta lemahnya ekonomi China secara umum," kata Gelber & Associates.
Dolar AS tetap kuat, mendekati level tertinggi dalam empat bulan, karena kebijakan Trump yang diantisipasi dapat mempertahankan suku bunga tetap tinggi lebih lama.
Para analis mencatat, dalam pasar yang stagnan, kekhawatiran terhadap penawaran dan permintaan menjadi semakin berpengaruh, yang berdampak pada sentimen minyak. (Aldo Fernando)
作者:13/11/2024 07:15 WIB,文章来源Idxchannel,版权归原作者所有,如有侵权请联系本人删除。
风险提示:本文所述仅代表作者个人观点,不代表 Followme 的官方立场。Followme 不对内容的准确性、完整性或可靠性作出任何保证,对于基于该内容所采取的任何行为,不承担任何责任,除非另有书面明确说明。


暂无评论,立马抢沙发