Bursa Asia Melemah, Terguncang Gejolak Politik di Korea Selatan

IDXChannel – Bursa saham Asia cenderung terkoreksi pada Rabu (4/12/2024) pagi, seiring investor merespons gejolak politik di Korea Selatan, di mana darurat militer diberlakukan dan kemudian dicabut hanya beberapa jam kemudian.

Mata uang Won Korea Selatan (KRW) sempat menguat dalam perdagangan awal didukung oleh dugaan intervensi, meski tetap mendekati level terendah dua tahun terhadap USD yang dicapai Selasa malam.

Baca Juga:

S&P 500 dan Nasdaq Catat Rekor Penutupan Tertinggi

Indeks acuan KOSPI turun hampir 2 persen, memperbesar kerugian sepanjang tahun ini menjadi lebih dari 7 persen, menjadikannya pasar saham utama dengan kinerja terburuk di Asia tahun ini.

Indeks MSCI Asia-Pasifik di luar Jepang juga melemah 0,32 persen, dengan Samsung Electronics sebagai salah satu konstituen utamanya.

Baca Juga:

Harga Emas Antam (ANTM) Hari Ini Turun ke Rp1.513.000 per Gram

Indeks Nikkei Jepang juga tergerus, yakni sebesar 0,36 persen, sedangkan TOPIX Jepang melorot 0,62 persen. Indeks ASX 200 Australia turun 0,46 persen.

Berbeda, Shanghai Composite naik tipis 0,07 persen dan Hang Seng Hong Kong terkerek 0,25 persen. STI Index Singapura juga menghijau sebesar 0,46 persen.

Baca Juga:

Presiden Korea Selatan Terancam Lengser usai Drama Darurat Militer

Sebelumnya, Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol mencabut darurat militer yang ia berlakukan beberapa jam sebelumnya, menyusul penolakan tegas dari parlemen terhadap upayanya melarang aktivitas politik.

Ekonom senior ING, Min Joo Kang, menyebut langkah ini meningkatkan ketidakpastian politik dan ekonomi. "Kami khawatir kejadian ini dapat memengaruhi peringkat kredit Korea Selatan, meskipun masih belum pasti pada tahap ini," ujarnya.

Kementerian Keuangan Korea Selatan menyatakan siap menggelontorkan likuiditas "tanpa batas" ke pasar keuangan jika diperlukan.

Yonhap melaporkan regulator keuangan bersiap menggunakan dana stabilisasi pasar saham sebesar KRW10 triliun (sekitar USD7,07 miliar). Menteri Keuangan akan mengadakan konferensi pers pada pukul 01.20 GMT.

Kepala Strategi Investasi Saxo, Charu Chanana, mengatakan, "Ada ketidakpastian mengingat perkembangan ini, yang dapat mendorong pengalihan investasi ke aset aman. Namun, otoritas Korea tampaknya bergerak cepat untuk menstabilkan pasar, sehingga dampaknya kemungkinan bersifat sementara."

Di sisi makro, investor menantikan sinyal terkait kebijakan Federal Reserve (The Fed) Amerika Serikat (AS) untuk tahun depan, dengan laporan ketenagakerjaan November yang dijadwalkan rilis Jumat.

Data terbaru menunjukkan lowongan kerja di AS meningkat pada Oktober, sementara angka pemutusan hubungan kerja (PHK) mencatat penurunan terbesar dalam satu setengah tahun.

Pelaku pasar memperkirakan peluang 72 persen untuk pemotongan suku bunga sebesar 25 basis poin bulan ini dan total 80 basis poin hingga akhir tahun depan.

Bank sentral AS menegaskan bahwa inflasi menuju target 2 persen dan mendukung penurunan suku bunga lebih lanjut, meskipun tidak ada pandangan tegas terkait keputusan pada pertemuan mendatang.

Fokus kini tertuju pada Ketua The Fed Jerome Powell, yang dijadwalkan memberikan komentar publik terakhirnya sebelum pertemuan tersebut pada Rabu. (Aldo Fernando)