
IDXChannel - Volatilitas pasar dalam beberapa waktu terakhir meningkat seiring ketidakpastian yang terjadi pada perekonomian, baik domestik maupun global.
Di level internasional, misalnya, proyeksi perekonomian yang diperkirakan masih akan stagnan, bahkan melambat, hingga dinamika geopolitik sampai fenomena perubahan iklim, turut membawa dampak cukup signifikan.

Situasi tersebut kemudian juga memantik sejumlah kegalauan dalam hal kebijakan yang harus diambil. Misalnya saja soal kebijakan bank sentral yang sangat ditunggu, terkait potensi mempertahankan atau memangkas suku bunga acuannya.
Praktis, kondisi ini pada akhirnya memicu tekanan bagi pasar keuangan, baik secara global maupun domestik, serta menghadirkan tantangan yang kompleks bagi investor.

"Dalam setiap tantangan akan selalu ada peluang yang dapat dioptimalkan. Karenanya, strategi yang tepat sangat diperlukan untuk dapat memanfaatkan momentum yang unik seperti saat ini, yaitu era suku bunga yang relatif masih tinggi," ujar Ekonom KISI Asset Management, Arfian Prasetya Aji, dalam keterangan resminya, Jumat (6/12/2024).
Menurut Arfian, kunci utama dalam menerka arah kebijakan suku bunga The Fed, bank sentral Amerika Serikat, adalah keseimbangan antara pasar tenaga kerja dan inflasi.

Berdasarkan data inflasi AS terkini, PCE Inflation kembali meningkat sejalan dengan ekspektasi market, yakni sebesar 2,3 persen secara tahunan (year on year/YoY), dari sebelumnya 2,1 persen YoY.
Sementara pasar tenaga kerja, terlihat masih menunjukkan kinerja yang solid, yang tercermin dari Initial Jobless Claims yang lebih rendah dari perkiraan, yaitu sebesar 213 ribu.
"Dengan demikian, kami melihat bahwa data-data tersebut dapat menjadi alasan kuat bagi The Fed untuk lebih perlahan dalam memangkan suku bunganya, terutama di tahun depan," ujar Arfian.
Hingga akhir 2024 ini, Arfian melihat akan adanya peluang pemangkasan kembali suku bunga The Fed sebesar 25 bps. Sedangkan untuk outlook 2025, kemungkinan besar The Fed hanya akan memangkas suku bunganya sebesar 50 bps.
Kondisi ini semakin nyata, terlebih setelah terpilihnya Presiden Donald Trump dengan berbagai potensi kebijakan ekonomi baru yang diusungnya seperti pemotongan pajak, peningkatan tarif impor, dan pembatasan imigrasi.
Kebijakan ini mendorong pertumbuhan ekonomi dan inflasi, yang pada akhirnya akan memengaruhi arah penentuan suku bunga The Fed.
"Bagi Indonesia, perubahan kebijakan suku bung The Fed dapat berdampak terhadap aliran modal dan nilai tukar. Oleh karena itu, kami juga melihat ruang pemangkasan suku bunga Bank Indonesia ditahun depan juga akan lebih terbatas," ujar Arfian.
Dengan ekspektasi pemangkasan suku bunga yang lebih lambat, kupon-kupon yang akan diterbitkan oleh korporasi akan relatif tetap tinggi
Dengan demikian, Arfian melihat peluang untuk berinvestasi pada instrumen obligasi korpoasi merupakan momentum yang tepat untuk saat ini karena ke depannya obligasi korporasi tidak akan memiliki kupon setinggi sekarang.
"Kami memiliki produk reksa dana yang sebagian besar, 85 persen, alokasi portofolio berisikan obligasi korporasi, yakni KISI Fixed Income Fund Plus. Secara performa, dalam enam bulan bulan terakhir berhasil mencatatkan imbal hasil bersih sebesar 3,88 persen. Selain itu, produk ini juga mencatatkan performa stabil di tengah berbagai gejolak yang terjadi pada sepanjang tahun ini," ujar Arfian.
(taufan sukma)
作者:09/12/2024 14:09 WIB,文章来源Idxchannel,版权归原作者所有,如有侵权请联系本人删除。
风险提示:以上内容仅代表作者或嘉宾的观点,不代表 FOLLOWME 的任何观点及立场,且不代表 FOLLOWME 同意其说法或描述,也不构成任何投资建议。对于访问者根据 FOLLOWME 社区提供的信息所做出的一切行为,除非另有明确的书面承诺文件,否则本社区不承担任何形式的责任。
FOLLOWME 交易社区网址: www.followme.ceo
加载失败()