
IDXChannel – Sejumlah saham utama (big cap) menjadi pemberat saat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun signifikan pada Senin (6/1/2025).
Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG ditutup melemah 1,17 persen ke level 7.080,47.

Nilai transaksi mencapai Rp8,06 triliun dan volume perdagangan 21,36 miliar saham.
Sebanyak 397 saham turun dan hanya 251 yang menguat, sedangkan 299 saham sisanya stagnan.

Saham empat bank raksasa kompak memerah. Sebut saja, saham bank BUMN PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) terkoreksi 2,42 persen, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMR) terdepresiasi 2,16 persen, dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) turun 1,20 persen.
Saham bank Grup Djarum PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) tergerus 1,78 persen.

Selain itu, saham emiten milik taipan Prajogo Pangestu yang memiliki kapitalisasi pasar (market cap) Jumbo, TPIA, merosot 4,53 persen. Demikian pula, saham properti raksasa milik Aguan dan Grup Salim PANI memerah 3,06 persen.
Kemudian, saham emiten batu bara Low Tuck Kwong BYAN minus 2,79 persen dan emiten tambang Grup Salim AMMN turun 2,35 persen, turut menekan indeks.
Saham big cap lainnya, macam emiten telekomunikasi BUMN TLKM dan konglomerasi otomotif hingga tambang ASII secara berturut-turut melemah 2,18 persen dan 1,82 persen.
Saham energi Grup Sinarmas yang memiliki market cap Rp279 triliun, DSSA, turun 1,63 persen.
Pergerakan IHSG terjadi di tengah mata uang negara berkembang Asia yang melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang tetap tangguh pada Senin.
Investor tengah menunggu serangkaian data ekonomi AS pekan ini untuk mendapatkan kejelasan lebih lanjut mengenai prospek suku bunga Federal Reserve (The Fed).
Indeks MSCI yang melacak mata uang negara berkembang turun untuk sesi ketiga berturut-turut, mendekati level terendah dalam lima bulan. Rupiah melemah tipis 0,04 persen ke Rp16.190 per USD.
Yuan China (USD/CNY) turun ke level terendah dalam 16 bulan, melewati batas penting CNY7,3 per USD untuk pertama kalinya sejak 2023 pada Jumat lalu.
Yuan yang terus melemah menjadi perhatian utama, dipicu oleh kekhawatiran tarif tambahan pada produk-produk China setelah Donald Trump memenangkan pemilihan presiden AS, serta keraguan terhadap pemulihan ekonomi China.
Sebagai mitra dagang terbesar Asia Tenggara, pelemahan yuan dapat berdampak luas pada pasar mata uang regional.
"Walaupun depresiasi yuan dapat berfungsi sebagai penyangga bagi ekonomi China, terutama bagi eksportir, hal ini menjadi risiko bagi valuasi aset di pasar negara berkembang. Pelemahan ini secara tidak langsung memperkuat dolar AS dan memperketat kondisi keuangan," ujar analis pasar keuangan senior di Capital.com, Kyle Rodda.
Selain itu, pasar tetap berhati-hati menjelang pelantikan presiden terpilih AS Donald Trump pada 20 Januari, karena ketidakpastian atas rencana tarif impor AS yang tinggi, pemotongan pajak, dan pembatasan imigrasi.
Langkah-langkah tersebut telah mendukung penguatan dolar dan menekan mata uang negara berkembang, termasuk pasar saham negara-negara tersebut. (Aldo Fernando)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.
作者:06/01/2025 17:10 WIB,文章来源Idxchannel,版权归原作者所有,如有侵权请联系本人删除。
风险提示:本文所述仅代表作者个人观点,不代表 Followme 的官方立场。Followme 不对内容的准确性、完整性或可靠性作出任何保证,对于基于该内容所采取的任何行为,不承担任何责任,除非另有书面明确说明。
加载失败()