Pasardana.id - Realisasi penyaluran beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) oleh Perum Bulog melambat. Tercatat, hingga 11 Januari 2025 penyaluran beras kemasan 5 kilogram ini baru mencapai 9.367 ton atau sekitar 6,24% dari target bulanan sebesar 150.000 ton.
SPHP adalah produk intervensi pemerintah, yang digelontorkan oleh Bulog dengan tujuan untuk melindungi daya beli dan keterjangkauan harga pangan bagi konsumen.
Ada sejumlah faktor yang membuat penyaluran SPHP di pasar tradisional melambat. Ketua Harian Induk Koperasi Pedagang Pasar (Inkoppas), Andrian Lame Muhar, mengungkap lambatnya penyaluran beras SPHP berkaitan erat dengan daya beli masyarakat yang tengah menurun.
Menurut Andrian, dibandingkan tahun 2023 lalu, dimana ketika harga beras SPHP masih sekitar Rp9.950 per kg, penyaluran saat ini lebih lambat.
"Anggota pasar kami sudah berapa lama nggak ngambil lagi ke Bulog, karena harga beras lokal masih lebih rendah. Mungkin kalau zaman SPHP-nya Rp9.950 masih oke. Makanya tadi berkaitan kan penyaluran di Bulognya sedikit," kata Andrian usai rapat bersama Bapanas di Jakarta, Kamis (14/1).
Ia juga menambahkan bahwa melambatnya penyaluran ini dikarenakan konsumen memilih mengencangkan pengeluaran dan mencari alternatif beras yang lebih murah.
"Masyarakat sekarang juga sedang ngencengin ikat pinggang. Karena harga beras SPHP kan sekitar Rp12.500 per kilogram (kg). Sementara beras lokal masih di bawah itu, sekitar Rp10.600 per kg," imbuhnya.
Meski begitu, Andrian memprediksi permintaan beras SPHP akan kembali meningkat pada Maret-Mei 2025 mendatang, sejalan karena harga gabah atau beras lokal pada masa itu akan mulai menunjukkan kenaikan.
"Nah nanti mungkin sekitar Maret, April, Mei ketika sudah mulai mahal gabah/berasnya. Nah mungkin bisa laku beras SPHP," tandas dia.