Sektor Tambang Nikel: Menyeimbangkan Produksi di Tengah Pasokan Berlebih

avatar
· 阅读量 68
Sektor Tambang Nikel: Menyeimbangkan Produksi di Tengah Pasokan Berlebih
Sektor Tambang Nikel: Menyeimbangkan Produksi di Tengah Pasokan Berlebih. (Foto: Reuters)

IDXChannel - Harga nikel global diperkirakan masih stagnan hingga 2026 di tengah kondisi pasokan berlebih dan margin tipis.

CGS Sekuritas International (CGSI) Indonesia memproyesikan harga nikel di London Metal Exchange (LME) dan benchmark nikel pig iron (NPI) pada 2025-2026 masing-masing berada di level USD17.000 per ton dan USD12.000 per ton, turun 4-5 persen dari proyeksi sebelumnya.

Baca Juga:
Sektor Tambang Nikel: Menyeimbangkan Produksi di Tengah Pasokan Berlebih Prospek Saham United Tractors (UNTR) di Tengah Volatilitas Harga Komoditas

"Kami memperkirakan pasokan nikel olahan global yang berlebih akan bertahan hingga 2026, meski trennya mulai menurun," kata analis CGSI dalam risetnya, terbit pada 20 Januari 2025.

Perlambatan ekonomi dan pasar properti di China, serta melambatnya permintaan kendaraan listrik (EV) sejak 2023, menjadi faktor utama lemahnya permintaan nikel global.

Baca Juga:
Sektor Tambang Nikel: Menyeimbangkan Produksi di Tengah Pasokan Berlebih SRAJ Butuh Capex Rp350 Miliar Bangun Rumah Sakit Baru di 2025

Konsumsi nikel secara global, yang didominasi sektor baja nirkarat dan baterai EV, diproyeksikan belum mampu mengimbangi pasokan hingga 2027. Namun, harga nikel cenderung stabil di dekat level biaya produksi sejak 2023, memberikan batas bawah bagi harga.

Produksi Nikel Indonesia Masih Tumbuh
Indonesia tetap menjadi produsen nikel berbiaya terendah berkat melimpahnya cadangan bijih nikel. Produsen NPI di Indonesia saat ini mampu mencatat margin EBITDA sebesar USD1.500-USD2.000 per ton, jauh lebih tinggi dibandingkan smelter di China yang mengalami kerugian.

Baca Juga:
Sektor Tambang Nikel: Menyeimbangkan Produksi di Tengah Pasokan Berlebih RS Mayapada (SRAJ) Private Placement Sekaligus Rilis Surat Utang, Ini Tujuannya

Produksi nikel Indonesia diproyeksikan tumbuh dengan CAGR 14 persen pada 2024-2028, didorong oleh peningkatan kapasitas nikel kelas 1. Namun, CGSI menekankan pentingnya kepemilikan tambang bijih nikel bagi perusahaan, mengingat kebijakan ketat Indonesia dalam mengatur kuota produksi bijih nikel, seperti yang terjadi pada 2024.

Dalam kondisi ini, CGSI lebih memilih perusahaan terintegrasi dengan pasokan bijih nikel memadai. PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) menjadi pilihan utama sektor ini berkat operasi vertikal terintegrasi, margin EBITDA tertinggi, dan proyeksi ROE terbaik di antara para pesaing.

Saham NCKL juga dinilai menarik dengan valuasi price to-earnings (PE) 6,2 kali untuk proyeksi tahun fiskal 2025, jauh lebih murah dibanding rata-rata industri sebesar 17,7 kali.

Saham Unggulan

Selain NCKL, CGSI memberikan rekomendasi hold untuk PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Vale Indonesia Tbk (INCO), dan PT Harum Energy Tbk (HRUM). Sementara itu, PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) mendapat peringkat reduce.

Peluang sektor nikel antara lain muncul dari kebijakan pemerintah atau stimulus ekonomi China yang dapat mendukung harga nikel.

Sebaliknya, risiko yang membayangi meliputi penurunan biaya produksi NPI yang dapat menekan harga, serta turunnya permintaan komoditas secara global. (Aldo Fernando)

Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.

风险提示:本文所述仅代表作者个人观点,不代表 Followme 的官方立场。Followme 不对内容的准确性、完整性或可靠性作出任何保证,对于基于该内容所采取的任何行为,不承担任何责任,除非另有书面明确说明。

喜欢的话,赞赏支持一下
avatar
回复 0

加载失败()

  • tradingContest