IDXChannel – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun lebih dari dua persen, tepatnya 2,12 persen, pada perdagangan Kamis (6/2/2025), terbebani penurunan tajam saham-saham utama (big cap).
Data Bursa Efek Indonesia (BEI) menunjukkan, saham bank BUMN PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) menjadi pemberat (laggard utama), turun tajam 7,69 persen.
Harga Minyak Sawit (CPO) Naik Lebih dari Satu Persen, Menguat 2 Hari BeruntunSaham bank pelat merah lainnya, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) juga tertekan, turun 4,11 persen dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) memerah 4,67 persen.
Saham bank milik Grup Djarum, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), juga melemah, yakni sebesar 1,92 persen.
ARA Tiga Hari Beruntun, Saham SMDM-MLPT Dikunci BursaSelain kuartet bank raksasa di atas, saham emiten sejumlah konglomerat juga turut menjadi laggard. Sebut saja, emiten otomotif Grup Astra, ASII, yang melorot 4,01 persen, emiten properti milik taipan Aguan dan Grup Salim, PANI, berkurang 4,00 persen.
Nama lainnya, saham emiten geotermal milik orang terkaya di Indonesia, Prajogo Pangestu, BREN, melemah 1,13 persen, sedangkan TPIA jatuh 6,09 persen.
IHSG Terpangkas 2,12 Persen Tinggalkan Level 7.000Saham konglomerat lainnya, emiten tambang Grup Salim, AMMN, turun 1,72 persen.
Kemudian, saham emiten telekomunikasi BUMN, TLKM, minus 2,29 persen.
Penguatan dolar AS akibat ketidakpastian global semakin menekan pasar keuangan Indonesia. Tekanan ini tidak hanya berdampak pada nilai tukar rupiah, melainkan juga pada pasar obligasi dan saham.
Rupiah melemah 0,28 persen menjadi Rp16.325 per USD pada Kamis, sedangkan indeks dolar menguat 0,36 persen ke 108,01.
Pengamat pasar modal, Michael Yeoh, menjelaskan lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi ini.
"Sentimen terhadap DXY [indeks dolar] saat ini terlalu kuat," ujar Michael saat dihubungi IDXChannel.com, Kamis (6/2/2025).
"Kebijakan trade war [perang dagang] terakhir yang diutarakan [Presiden AS] Donald Trump mendorong capital outflow dari global ke AS. Hal ini membuat dolar menguat,” katanya.
Michael menambahkan, rupiah pun terdampak, begitu juga dengan surat utang Indonesia yang terlihat melemah dengan imbal hasil (yield) turun ke 6,9 persen. Kondisi ini turut menekan pasar modal.
Yeoh melanjutkan, koreksi terdalam terjadi pada BMRI. “Hal ini menyusul dari downgrade [penurunan rating] yang dilakukan JPMorgan dari neutral ke underweight.”
Pasar juga merespons data ekonomi Indonesia yang dirilis sehari sebelumnya, yang menunjukkan konsumsi yang lesu dan perlambatan pertumbuhan ekonomi.
Hal ini memicu ekspektasi bahwa Bank Indonesia (BI) akan memangkas suku bunga pada akhir bulan ini.
Samuel Sekuritas, dalam Daily Economic Insights, Kamis (6/2), menjelaskan, ekonomi Indonesia tumbuh 5,03 persen pada 2024.
Menurut hemat Samuel, pertumbuhan ekonomi 5,03 tersebut menunjukkan stabilitas tetapi masih jauh dari target ambisius 8 persen yang dicanangkan Presiden Prabowo Subianto.
Konsumsi yang lesu dan ketidakpastian global, kata Samuel Sekuritas, menekan kebijakan moneter, dengan potensi penurunan suku bunga BI pada 2025.
"Pasar masih mencari titik keseimbangan di tengah ketidakpastian yang dipicu oleh kebijakan tarif dari AS. Kami masih memperkirakan dolar AS akan menguat dalam jangka pendek, tetapi waktu pastinya masih sulit diprediksi," kata Kepala Strategi Makro Asia di Sumitomo Mitsui Banking Corporation, Jeff Ng.
Di sisi lain, investor mulai mengalihkan fokus dari gejolak perdagangan yang membayangi pasar keuangan awal pekan ini, menyusul keputusan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk memberlakukan tarif baru serta langkah balasan dari China. (Aldo Fernando)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.
作者:06/02/2025 16:45 WIB,文章来源Idxchannel,版权归原作者所有,如有侵权请联系本人删除。
风险提示:本文所述仅代表作者个人观点,不代表 Followme 的官方立场。Followme 不对内容的准确性、完整性或可靠性作出任何保证,对于基于该内容所采取的任何行为,不承担任何责任,除非另有书面明确说明。


加载失败()