Bursa Saham Asia Menguat, Pasar Cermati Perkembangan Tarif AS

IDXChannel – Bursa saham Asia rebound pada Senin (3/3/2025), seiring sentimen positif dari Wall Street yang ditutup menguat pada akhir pekan.

 Menurut data pasar, pukul 09.40 WIB, Indeks Nikkei 225 menguat 1,34 persen, sementara indeks Topix naik 1,29 persen. Penguatan ini menutup sebagian pelemahan pekan lalu,

Baca Juga:

BTN (BBTN) Sebut Jawa Barat Kantung KPR Terbesar di Indonesia

Meski demikian, investor tetap berhati-hati menjelang tenggat waktu 4 Maret untuk penerapan tarif impor Amerika Serikat sebesar 25 persen terhadap Meksiko dan Kanada, serta tambahan bea masuk 10 persen untuk barang-barang asal China.

Mengutip Trading Economics, ketidakpastian geopolitik turut membayangi pasar setelah Presiden AS Donald Trump dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky gagal mencapai kesepakatan yang berpotensi mengakhiri perang di Ukraina pada pertemuan Jumat lalu.

Baca Juga:

Bursa Saham Asia Mayoritas Menguat, IHSG Berpeluang di Zona Hijau pada Perdagangan Hari Ini

Dari dalam Negeri Sakura, indeks PMI manufaktur Jepang pada Februari direvisi sedikit lebih tinggi, meski masih menunjukkan kontraksi selama enam bulan berturut-turut.

Sejumlah saham unggulan yang mencatat kenaikan antara lain Disco (naik 1,5 persen), Mitsubishi Heavy Industries (4 persen), Mitsubishi UFJ (1,2 persen), IHI Corp (3,3 persen), dan Toyota Motor (3,2 persen).

Baca Juga:

AS Tambah Tarif Impor China Mulai 4 Maret 2025

Indeks Shanghai Composite juga terkerek 0,69 persen, Hang Seng Index Hong Kong tumbuh 1,66 persen, ASX 200 Australia mendaki 0,53 persen, serta STI Index Singapura naik 0,14 persen.

Berbeda, KOSPI Korea Selatan turun 3,39 persen.

Sementara itu, kontrak berjangka (futures) saham AS menguat dalam perdagangan semalam di tengah ketidakpastian rencana tarif impor AS. Futures Dow Jones naik 77 poin, S&P 500 menguat 0,2 persen, dan Nasdaq 100 naik 0,6 persen.

Menteri Perdagangan AS Howard Lutnick mengatakan kepada Fox News, besaran tarif terhadap Meksiko dan Kanada yang berlaku mulai Selasa masih bersifat dinamis, sehingga kemungkinan lebih rendah dari rencana awal sebesar 25 persen.

Di sisi lain, Menteri Keuangan AS Scott Bessent menyebutkan, Meksiko menawarkan untuk menerapkan tarif serupa terhadap China sebagai upaya menghindari tarif AS yang dijadwalkan berlaku mulai Selasa. (Aldo Fernando)