
IDXChannel – Bursa saham Asia cenderung variatif pada perdagangan Senin (10/3/2025) usai mengalami perdagangan yang volatil sepanjang pekan lalu.
Menurut data pasar, pukul 08.56 WIB, Indeks Nikkei 225 Jepang menguat 0,44 persen dan Topix terapresiasi 0,13 persen.

Menurut data Trading Economics, rata-rata pendapatan tunai di perusahaan Jepang dengan minimal lima karyawan naik 2,8 persen secara tahunan pada Januari, mencapai 295.505 yen, menurut laporan Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja, dan Kesejahteraan Jepang pada Senin.
Namun, angka ini lebih rendah dibanding kenaikan 4,8 persen pada Desember lalu serta di bawah perkiraan pasar yang memperkirakan kenaikan 3,2 persen.

Seperti pasar Jepang, ASX 200 Australia juga terkerek, yakni sebesar 0,26 persen.
Berbeda, Shanghai Composite melemah 0,27 persen, Hang Seng turun 0,60 persen, dan STI Index berkurang 0,27 persen.

Sementara itu, kontrak berjangka (futures) Wall Street melemah.
Mata uang yen sebagai aset safe-haven menguat pada awal perdagangan Senin, seiring meningkatnya tekanan deflasi di China yang menambah kekhawatiran terhadap perlambatan ekonomi AS serta ketegangan dalam perang dagang global.
Futures indeks S&P 500 turun 0,7 persen, sedangkan futures Nasdaq melemah 0,9 persen. Yen menguat sekitar 0,4 persen ke level 147,395 per USD.
Data yang dirilis pada Minggu menunjukkan indeks harga konsumen (CPI) China turun dengan laju tercepat dalam 13 bulan pada Februari, sementara deflasi harga produsen berlanjut untuk bulan ke-30 berturut-turut.
Pada Sabtu, China juga mengumumkan tarif balasan atas beberapa produk pertanian asal Kanada, sebagai respons atas bea masuk yang sebelumnya dikenakan Ottawa terhadap kendaraan listrik, baja, dan aluminium asal China tahun lalu.
Di Amerika Serikat (AS), laporan tenaga kerja pada Jumat menunjukkan penciptaan lapangan kerja lebih rendah dari perkiraan pada bulan lalu. Ini merupakan laporan payroll bulanan pertama yang mencerminkan kebijakan Presiden Donald Trump dan memperpanjang tren pelemahan data ekonomi AS belakangan ini.
Sementara itu, dalam wawancara dengan Fox News pada Minggu, Trump menolak memprediksi apakah tarif yang diberlakukannya terhadap Kanada, Meksiko, dan China menyebabkan resesi di AS.
"Pasar menghadapi banyak potensi pemicu pelemahan," kata analis pasar keuangan senior di Capital.com, Kyle Rodda.
Namun, ujar Rodda, yang paling berdampak adalah pendekatan Trump yang terkesan sembrono terhadap kebijakan ekonomi.
"Berbeda dengan periode pemerintahannya yang pertama, di mana tanda-tanda perlambatan ekonomi atau koreksi pasar bisa membuatnya mengubah kebijakan, kali ini ia benar-benar fokus pada perubahan struktural besar dalam ekonomi, meskipun itu harus mengorbankan pertumbuhan jangka pendek." (Aldo Fernando)
作者:10/03/2025 09:11 WIB,文章来源Idxchannel,版权归原作者所有,如有侵权请联系本人删除。
风险提示:本文所述仅代表作者个人观点,不代表 Followme 的官方立场。Followme 不对内容的准确性、完整性或可靠性作出任何保证,对于基于该内容所采取的任何行为,不承担任何责任,除非另有书面明确说明。
加载失败()