IDXChannel – Harga minyak mentah rebound pada Selasa (11/3/2025) setelah menyentuh level terendah enam bulan sehari sebelumnya, didorong aksi beli saat harga murah.
Pasar sebelumnya melemah akibat kekhawatiran bahwa Amerika Serikat (AS) berpotensi mengalami resesi.
OJK Bakal Sertifikasi Influencer Finansial, Aturan Ditargetkan Selesai Semester II-2025Berdasarkan data pasar, kontrak berjangka (futures) minyak jenis Brent naik 0,34 persen ke posisi USD69,92 per barel. Sementara, minyak WTI terkerek 0,35 persen menjadi USD66,61 per barel setelah pada Senin mencatat level terendah sejak 10 September 2024.
Sejak awal 2025, harga minyak telah turun hampir 7 persen dan kini berada 16 persen di bawah level tertinggi WTI tahun 2025, yakni USD80,04 per barel yang dicapai pada 15 Januari.
BNI (BBNI) Siapkan Uang Tunai Rp21 Triliun untuk Kebutuhan LebaranTekanan harga ini terjadi karena OPEC+ tetap berpegang pada rencana mengembalikan 2,2 juta barel pemotongan produksi ke pasar dalam 18 tahap bulanan mulai April, di tengah perlambatan ekonomi AS dan China.
"Para trader khawatir dengan ketidakpastian ekonomi akibat fokus agresif Trump pada tarif perdagangan, peningkatan produksi OPEC+, serta melemahnya permintaan di China," kata Saxo Bank, dikutip MT Newswires.
Perkuat Posisi, Saratoga (SRTG) Borong Saham MDKA Rp171 MiliarKenaikan harga minyak pada Selasa juga terjadi setelah pasar saham AS anjlok sehari sebelumnya akibat kekhawatiran resesi. Indeks Dow Jones Industrial Average turun 2,1 persen, sementara Nasdaq Composite melemah 4 persen.
Pasar keuangan tertekan sepanjang 2025, terutama karena kebijakan perdagangan Trump yang tidak menentu terhadap mitra dagang utama AS.
Di sisi lain, pemerintah AS juga berisiko mengalami penutupan dalam beberapa hari ke depan jika Kongres gagal mencapai kesepakatan anggaran.
"Masih sangat awal dalam masa jabatan keduanya, tetapi hasil dua bulan pemerintahan Trump mengkhawatirkan. Kepercayaan konsumen menurun, sementara ekspektasi inflasi dan pengangguran meningkat. Tingkat kredit macet kartu kredit mencapai level tertinggi dalam 13 tahun," kata PVM Oil Associates.
"Menurut Budget Lab di Yale, seperti dikutip Financial Times, tarif yang diusulkan akan mendorong tarif efektif AS ke level tertinggi dalam lebih dari 80 tahun. Kenaikan harga konsumen yang diakibatkan kebijakan ini diperkirakan menambah beban hingga USD2.000 per rumah tangga."
Analis pasar Forex.com, Fawad Razaqzada, menilai risiko dalam jangka pendek masih cenderung ke bawah, mengingat dampak tarif terhadap permintaan, rencana produksi OPEC+, dan proses negosiasi untuk mengakhiri perang Rusia-Ukraina.
“Namun, kecuali terjadi perlambatan ekonomi global yang lebih besar, potensi penurunan harga minyak kemungkinan terbatas dari level ini, dan WTI bisa menemukan titik bottom di kisaran USD60 jika mencapai level tersebut," ujarnya. (Aldo Fernando)
作者:12/03/2025 07:15 WIB,文章来源Idxchannel,版权归原作者所有,如有侵权请联系本人删除。
风险提示:本文所述仅代表作者个人观点,不代表 Followme 的官方立场。Followme 不对内容的准确性、完整性或可靠性作出任何保证,对于基于该内容所采取的任何行为,不承担任何责任,除非另有书面明确说明。


加载失败()