Kurs Rupiah Indonesia Masih Tertekan di Tengah Perang Dagang AS-Tiongkok, BI Lakukan Intervensi Pasar

avatar
· 阅读量 55
  • Rupiah Indonesia melemah ke 16.740 per USD, meski Dolar AS turun; BI intervensi di pasar NDF untuk stabilkan kurs.
  • Gejolak pasar global meningkat akibat perang tarif AS–Tiongkok; pasar Asia dan saham Jepang tertekan.
  • Data inflasi Indonesia Maret akan dirilis besok pasca libur panjang Idul Fitri, diprakirakan alami lonjakan.

Nilai tukar Rupiah Indonesia (IDR) terhadap Dolar Amerika Serikat (USD) masih menunjukkan pelemahan di awal pekan ini. Pada hari Senin, Rupiah diperdagangkan di kisaran 16.740 per Dolar AS, dengan pasangan USD/IDR mencatatkan kenaikan sebesar 0,48% dalam sepekan terakhir. Meskipun Dolar AS mengalami pelemahan, mata uang Garuda belum mampu memanfaatkan momen tersebut untuk menguat.

Kondisi ini diperparah oleh situasi pasar Asia yang turut berada di zona merah. Pasar saham Jepang mencatat penurunan tajam, turun hingga 8,5%—level terendah sejak Oktober 2023. Sentimen negatif turut menyeret pasar emerging market, termasuk Indonesia.

Dalam menghadapi tekanan global tersebut, Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia yang berlangsung pada 7 April 2025 memutuskan untuk melakukan intervensi di pasar off-shore melalui instrumen Non Deliverable Forward (NDF). Langkah ini diambil sebagai upaya stabilisasi nilai tukar Rupiah di tengah tekanan yang meningkat akibat ketegangan perdagangan global.

Tekanan terhadap Rupiah mulai muncul sejak libur panjang Idul Fitri 1446 H, saat pasar domestik tutup dan aktivitas perdagangan berpindah ke pasar off-shore. Gejolak ini diperkuat oleh kebijakan tarif resiprokal dari Amerika Serikat yang diumumkan pada 2 April 2025 dan dibalas oleh Tiongkok pada 4 April 2025. Situasi ini memicu ketidakpastian di pasar keuangan global, mendorong arus modal keluar dan memperlemah mata uang negara berkembang.

Sementara itu, besok (Selasa, 8 April), pasar keuangan Indonesia akan kembali dibuka setelah libur panjang, dan para pelaku pasar akan mencermati rilis data inflasi domestik bulan Maret. Inflasi tahunan diprakirakan meningkat sebesar 1,16% dari -0,09%. Secara bulanan, inflasi diprakirakan naik ke 1,79% dari -0,48%. Selain itu, inflasi inti diprakirakan sedikit meningkat ke 2,50% dari 2,48%.

Di sisi lain, Dolar AS melemah pada awal sesi Eropa, dengan Indeks Dolar (DXY) turun ke 102,61, meskipun sempat melonjak ke 103,18 usai rilis data Non-Farm Payrolls (NFP) AS. Data tersebut menunjukkan penambahan 228 ribu lapangan kerja baru pada Maret, jauh di atas ekspektasi 135 ribu dan revisi turun dari angka sebelumnya sebesar 151 ribu menjadi 117 ribu. Meski demikian, tingkat pengangguran naik menjadi 4,2%, lebih tinggi dari prakiraan sebelumnya 4,1%.

Pendapatan per jam rata-rata, indikator penting untuk pertumbuhan upah, tercatat naik 3,8% secara tahunan, sedikit di bawah ekspektasi 3,9% dan angka bulan lalu sebesar 4%.

Dari Beijing, pemerintah Tiongkok mengumumkan akan memberlakukan tarif tambahan sebesar 34% terhadap semua impor dari AS mulai 10 April. Selain itu, 16 entitas AS masuk dalam daftar kontrol ekspor, dan 11 lainnya dimasukkan ke daftar entitas yang tidak dapat diandalkan. Pemerintah Tiongkok juga telah membawa isu ini ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) untuk mencari kejelasan hukum atas tindakan balasan tersebut.

Menanggapi perkembangan ini, Ketua Federal Reserve Jerome Powell menyatakan bahwa kebijakan tarif terbaru dari Trump lebih besar dari prakiraan, dan berpotensi memicu inflasi serta memperlambat pertumbuhan ekonomi. "Terlalu dini untuk menentukan arah kebijakan moneter yang tepat," ujarnya. Powell menegaskan bahwa tugas utama The Fed saat ini adalah mencegah lonjakan harga sesaat menjadi inflasi yang berkelanjutan.

Ketidakpastian global yang terus membayangi, ditambah dengan data domestik yang akan segera dirilis, berpotensi membuat arah pergerakan Rupiah dan pasar keuangan Indonesia pekan ini sangat dinamis dan penuh risiko.

Indikator Ekonomi

Inflasi (Bln/Bln)

Indeks Inflasi dirilis oleh Indonesia Statistik adalah ukuran pergerakan harga dengan perbandingan antara harga eceran contoh perwakilan barang dan jasa. Kekuatan pembelian Rupiah Indonesia terseret oleh inflasi. IHK digunakan sebagai indikator kunci untuk mengukur inflasi dan perubahan dalam tren pembelian. Secara umum, pembacaan yang tinggi dipandang sebagai positif (atau bullish) untuk mata uang Rupiah, sementara pembacaan yang rendah dipandang sebagai negatif (atau bearish).

Baca lebih lanjut

Rilis berikutnya Sel Apr 08, 2025 04.00

Frekuensi: Bulanan

Konsensus: 1.79%

Sebelumnya: -0.48%

Sumber: Statistics Indonesia

 

Bagikan: Pasokan berita

风险提示:本文所述仅代表作者个人观点,不代表 Followme 的官方立场。Followme 不对内容的准确性、完整性或可靠性作出任何保证,对于基于该内容所采取的任何行为,不承担任何责任,除非另有书面明确说明。

喜欢的话,赞赏支持一下
avatar
回复 0

加载失败()

  • tradingContest