IDXChannel - Harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) bergerak menguat pada Jumat (11/4/2025), tetapi masih dalam tren pelemahan mingguan.
Sentimen pasar dipengaruhi oleh ekspektasi peningkatan produksi seiring pulihnya aktivitas perkebunan pasca-libur panjang serta kehati-hatian menjelang rilis data perdagangan China.
ADB Prediksi Ekonomi Indonesia Tetap Tumbuh di Kisaran 5 Persen Berdasarkan data pasar, hingga pukul 15.11 WIB, kontrak berjangka (futures) CPO di Bursa Malaysia Derivatives naik 0,21 persen menjadi USD4.210 per ton.
Pelaku pasar juga cenderung berhati-hati menjelang rilis data perdagangan Maret dari China yang dijadwalkan akhir pekan ini. Ketegangan dagang yang masih berlangsung antara China dan Amerika Serikat diperkirakan mulai berdampak pada permintaan.
Matahari (LPPF) Siap Cairkan Dividen Rp677 Miliar Akhir AprilSecara mingguan, harga minyak sawit berpotensi mencatat penurunan selama dua pekan berturut-turut, dengan koreksi sekitar 2,73 persen sejauh ini. Impor minyak sawit India, sebagai pembeli terbesar, masih berada di bawah level rata-rata meskipun naik 13,2 persen dibandingkan Februari.
"Kami melihat level support di MYR4.150 per ton dan resistance di MYR4.320 per ton," ujar pedagang minyak sawit David Ng kepada Bernama.
Tanpa Gelar RUPS, Sampoerna Agro (SGRO) Siap Buyback Saham Rp450 Miliar Di pasar energi yang lebih luas, harga minyak mentah juga bersiap melemah untuk pekan kedua berturut-turut, seiring kekhawatiran bahwa perang dagang AS-China yang berkepanjangan dapat menghambat permintaan minyak dengan memperlambat pertumbuhan ekonomi global.
Kabar lainnya, laporan dari perusahaan survei kargo menunjukkan pengiriman minyak sawit Malaysia meningkat antara 29,3 persen hingga 52,8 persen secara bulanan dalam sepuluh hari pertama April.
Sementara itu, stok minyak sawit per akhir Maret naik 3,52 persen dibanding Februari menjadi 1,56 juta ton, menandai peningkatan pertama sejak September, menurut Dewan Minyak Sawit Malaysia (MPOB).
Produksi minyak sawit mentah (CPO) Malaysia naik 16,76 persen bulan lalu dibanding Februari menjadi 1,39 juta ton, kenaikan pertama dalam tiga bulan, sementara ekspor meningkat tipis 0,91 persen menjadi 1,01 juta ton.
Survei Reuters sebelumnya memperkirakan stok mencapai 1,56 juta ton, dengan produksi di 1,31 juta ton dan ekspor 1,02 juta ton.
Impor minyak sawit melonjak 82,5 persen menjadi 121.886 ton pada Maret, level tertinggi sejak Juni 2023. Lonjakan ini terjadi akibat permintaan tinggi selama Ramadan serta upaya beberapa produsen untuk memenuhi komitmen ekspor dengan mengimpor dari Indonesia.
"Levy ekspor Indonesia lebih rendah pada Maret, sehingga masuk akal untuk membawa minyak sawit dari sana, terutama karena stok Malaysia saat itu mulai menipis," kata seorang pedagang berbasis di New Delhi dari perusahaan perdagangan global.
Konsumsi minyak sawit Malaysia pada Maret naik menjadi 453.046 ton dari 328.591 ton pada bulan sebelumnya, menurut data MPOB.
Ekspor pada Maret merupakan yang terendah untuk periode tersebut sejak 2006. Menurut kepala riset di broker minyak nabati Sunvin Group yang berbasis di Mumbai, Anilkumar Bagani, hal ini terjadi karena harga minyak sawit yang lebih mahal dibanding minyak kedelai, sehingga pembeli lebih memilih minyak kedelai. (Aldo Fernando)
作者:11/04/2025 15:27 WIB,文章来源Idxchannel,版权归原作者所有,如有侵权请联系本人删除。
风险提示:本文所述仅代表作者个人观点,不代表 Followme 的官方立场。Followme 不对内容的准确性、完整性或可靠性作出任何保证,对于基于该内容所采取的任何行为,不承担任何责任,除非另有书面明确说明。


加载失败()