Tak Semua Berujung Cuan, Pahami Dulu Skema Backdoor Listing

avatar
· 阅读量 28
Tak Semua Berujung Cuan, Pahami Dulu Skema Backdoor Listing
Tak Semua Berujung Cuan, Pahami Dulu Skema Backdoor Listing. (Foto: Freepik)

IDXChannel – Saham-saham dengan label backdoor listing belakangan ini mencuri perhatian investor domestik. Lonjakan harga yang luar biasa, sering kali dalam waktu singkat, membuat banyak orang tergoda untuk ikut berinvestasi. Namun, analis menekankan pentingnya memahami lebih dalam fenomena ini.

Backdoor listing adalah metode bagi perusahaan swasta untuk memasuki pasar modal tanpa melalui proses Initial Public Offering (IPO). Sebaliknya, perusahaan tersebut melakukannya lewat akuisisi atau merger dengan perusahaan publik yang sudah melantai di bursa. Fenomena ini kerap menimbulkan lonjakan harga saham yang cepat, karena prospek bisnis perusahaan yang diakuisisi dinilai lebih menjanjikan.

Baca Juga:
Tak Semua Berujung Cuan, Pahami Dulu Skema Backdoor Listing Laba Turun 82 Persen, Ini Strategi Prodia (PRDA) Dongkrak Kinerja di 2025

Biasanya, di balik aksi ini terdapat manuver agresif seperti perubahan bisnis, ekspansi, atau akuisisi baru yang mampu menarik minat investor besar. Tak heran jika saham-saham backdoor listing sering menjadi incaran para trader jangka pendek.

Pada 2024, sejumlah saham yang diakuisisi oleh entitas baru telah mencuri perhatian publik, meski hingga kini status backdoor listing-nya masih belum sepenuhnya jelas.

Baca Juga:
Tak Semua Berujung Cuan, Pahami Dulu Skema Backdoor Listing TPMA-MCOL Tabur Dividen Serentak Akhir Mei, Segini Nilainya

Contohnya adalah PT Meratus Jasa Prima Tbk (KARW), operator fasilitas infrastruktur maritim yang diakuisisi oleh Meratus Group, serta PT Techno9 Indonesia Tbk (NINE), yang telah dibeli oleh investor asal Singapura, Poh Group. PT Fortune Indonesia Tbk (FORU), dan PT Abadi Nusantara Hijau Investama Tbk (PACK) juga sempat menjadi sorotan, dengan harga saham yang meroket ke angkasa.

Beberapa waktu terakhir, saham-saham ini kembali bergeliat seiring dengan pemulihan pasar. Optimisme pun mulai tumbuh kembali mengenai kelanjutan cerita backdoor listing di saham-saham tersebut.

Baca Juga:
Tak Semua Berujung Cuan, Pahami Dulu Skema Backdoor Listing Adaro (AADI) Cetak Laba Rp3,2 Triliun di Kuartal I-2025, Turun 29 Persen

Terbaru, saham PT Multi Makmur Lemindo Tbk (PIPA) sempat mencatatkan reli luar biasa selama 14 hari berturut-turut, bahkan beberapa kali menyentuh harga auto reject atas (ARA) setelah PT Morris Capital Indonesia mengumumkan telah mengakuisisi 57,37 persen saham produsen dan distributor pipa PVC tersebut pada 28 April 2025. Pelaku pasar pun mulai mengantisipasi cerita backdoor listing di saham ini.

Tak Semua Akuisisi Berujung Backdoor Listing

Founder Stockwise, Douglas Goh, mengingatkan, investor perlu membedakan antara akuisisi biasa dan proses backdoor listing. Meski kerap disamakan, keduanya punya perbedaan yang mendasar.

“Ini perbedaan yang sangat penting dan perlu dicatat. Semua backdoor listing itu berawal dengan akuisisi. Tapi, tidak semua akuisisi itu berujung backdoor listing,” ujar Douglas saat dihubungi IDXChannel.com, Jumat (2/5/2025).

Ia menjelaskan, dalam kasus akuisisi strategis, pemilik baru biasanya memang tertarik pada bisnis yang sudah ada dan ingin memperluas bidang usahanya. Namun, dalam backdoor listing, biasanya pemilik baru justru tidak tertarik dengan bisnis lama.

“Kalau backdoor listing, biasanya pemilik baru tidak butuh bidang atau bisnis dari perusahaan yang diakuisisi ini. Maka akan terjadi divestasi—di mana bisnis lama dikeluarkan, lalu sisa cangkang perusahaan publik saja. Baru cangkang ini akan disuntik dana dan aset oleh pemilik baru,” jelasnya.

Siapa Pengakuisisi? Ini Kuncinya

Douglas juga menyoroti pentingnya memperhatikan siapa pihak yang melakukan akuisisi. Menurutnya, ini bisa menjadi indikator awal apakah proses tersebut akan membawa nilai tambah atau justru berisiko.

“Yang perlu diperhatikan adalah siapa yang mengakuisisi. Kalau sebuah kios restoran kecil diakuisisi oleh grup restoran ternama, tentu saja dampaknya sangat positif,” tutur Douglas.

“Apalagi, kalau nanti grup restoran ternama ini mau suntik aset untuk membuat kios itu lebih megah, besar, sukses,” katanya.

Sebaliknya, jika pengakuisisi tidak jelas rekam jejak dan kapasitasnya, investor sebaiknya berhati-hati.

“Kalau kios restoran kecil diakuisisi oleh pihak yang tidak dikenal, tidak ada informasinya seberapa besar atau hebat, owner juga tidak ada informasinya, maka boleh berhati-hati,” ujar Douglas.

“Risiko di sini adalah melabeli setiap akuisisi baru itu sebagai the next PANI (backdoor listing paling berhasil beberapa tahun terakhir) atau the next PACK (sepertinya backdoor listing yang paling on track dalam 1 tahun terakhir). Kenyataannya, kebanyakan bodong.”

Tak Bisa Instan, Harus Bertahap

Douglas juga menegaskan bahwa proses backdoor listing tidak terjadi dalam semalam. Ada tahapan panjang yang harus dilewati sebelum perusahaan benar-benar bisa menyuntikkan aset baru ke perusahaan publik.

“Sebenarnya, proses backdoor listing (kalau betul BL, bukan hanya akuisisi) itu memang proses yang panjang,” tuturnya.

“Setelah akuisisi, perusahaan wajib mandatory tender offer (MTO). Setelah itu, pasti pemilik baru ingin divestasi alias mengeluarkan bisnis-bisnis lama yang tidak ada kepentingannya," ujarnya.

Selanjutnya, kata Douglas, untuk menyuntikkan aset-aset baru, pemilik baru harus meminta persetujuan investor melalui rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) guna memperoleh izin melakukan penambahan modal lewat rights issue.

“Laporan keuangan juga perlu diaudit. Baru setelah itu, tinggal mengeluarkan prospektus RI [rights issue]—dan terjadilah,” kata Douglas.

Terakhir, Douglas menyoroti bahwa proses ini sering luput dari pengamatan investor ritel, yang cenderung hanya fokus pada potensi lonjakan harga tanpa memahami alur di baliknya.

“Proses di balik layar ini biasanya terlewatkan oleh retail,” katanya.

“Tidak semua perusahaan atau bidang atau owner akan melaluinya dengan kecepatan yang sama. Perusahaan-perusahaan yang disebut itu, seperti KARW, FORU, NINE, menurut saya memang dalam proses backdoor listing—cuma dalam tahap yang berbeda-beda saja," ujarnya.

Douglas menilai, selama proses backdoor listing masih berjalan sesuai tahapan, investor hanya perlu bersabar dan menanti hasil akhirnya. Ia menekankan, daya tarik aset yang akan disuntikkan ke dalam perusahaan sangat menentukan potensi keuntungan.

“Jika [aset yang akan dimasukkan] kecil, tidak menarik. Jika besar, upside-nya tentu jadi lebih menarik,” demikian kata Douglas. (Aldo Fernando)

Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.

风险提示:以上内容仅代表作者或嘉宾的观点,不代表 FOLLOWME 的任何观点及立场,且不代表 FOLLOWME 同意其说法或描述,也不构成任何投资建议。对于访问者根据 FOLLOWME 社区提供的信息所做出的一切行为,除非另有明确的书面承诺文件,否则本社区不承担任何形式的责任。

FOLLOWME 交易社区网址: www.followme.ceo

喜欢的话,赞赏支持一下
avatar
回复 0

加载失败()

  • tradingContest