Duber Djauhari Sebut Gencatan Senjata Perdagangan AS-China Baru Dimulai

avatar
· 阅读量 60

Pasardana.id - Duta Besar Indonesia untuk Tiongkok, Djauhari Oratmangun mengatakan bahwa negara setuju untuk menurunkan tarif secara signifikan, dalam sebuah langkah yang disebut sebagai “genjatan senjata” perdagangan.

Seperti diketahui, kesepakatan bersejarah antara Amerika Serikat dan Tiongkok berhasil dicapai pada Senin lalu di Jenewa. Ini menandai titik balik dalam perang dagang yang telah berlangsung selama beberapa tahun. 

Dalam kesepakatan tersebut, Amerika Serikat sepakat menurunkan tarif terhadap produk tas asal Tiongkok dari 145% menjadi 30%, sementara Tiongkok mengurangi tarif atas sejumlah produk asal Amerika dari 125% menjadi hanya 10%.

“Diskonnya luar biasa,” ujar Djauhari dalam acara Talk Show Trump Effect: Bagaimana Indonesia Mendulang Peluang di Tengah Perang Dagang yang digelar di Jakarta, Rabu (14/5).

Ia menilai kesepakatan ini sebagai hasil dari negosiasi yang sangat terstruktur, dengan keterlibatan langsung tokoh-tokoh penting dari kedua belah pihak. 

Dari sisi Tiongkok, perundingan dipimpin oleh Wakil Perdana Menteri dan melibatkan para ahli perdagangan internasional serta keuangan global.

Menurut Djauhari, Negara Tirai Bambu ini secara strategis menurunkan tarif pada sektor pertanian, yang dianggap sebagai sektor vital bagi basis pemilih Presiden Donald Trump. 

"Ini adalah pukulan politik yang sangat diperhitungkan, dan bisa berdampak langsung pada dukungan domestik terhadap Trump,” ujarnya.

Sementara itu, Djauhari bilang, bahwa pertumbuhan ekonomi Tiongkok pada kuartal keempat tahun lalu mencapai 5,4%, melampaui ekspektasi analis. Target pertumbuhan tahun 2024 pun disesuaikan menjadi 5%. 

Menurut dia, hal ini mencerminkan ketahanan ekonomi Tiongkok di tengah tantangan global pascapandemi.

Dan bila berbicara dalam konteks Indonesia, Djauhari menekankan pentingnya menjaga hubungan baik dengan kedua negara adidaya tersebut. 

"Perdagangan kita dengan Tiongkok telah mencapai USD 147,8 miliar — jauh lebih besar dibandingkan dengan Amerika Serikat (USD 37 miliar) maupun seluruh Eropa Barat (USD 27 miliar),” terang dia.

Lebih lanjut, ia menyampaikan pandangannya mengenai arah baru dinamika global. Menurut Djauhari, dunia tengah bergerak menuju konfigurasi kekuatan baru, yang bisa menjadi tripolar atau tetap bipolar.

Dalam konteks ini, ia menilai peran Indonesia semakin relevan, terutama melalui strategi diplomasi aktif, termasuk hubungan erat antara Presiden Prabowo dan Presiden Xi Jinping.

“Diplomasi Indonesia telah menunjukkan arah yang strategis di tengah ketidakpastian global,” tandasnya.

风险提示:本文所述仅代表作者个人观点,不代表 Followme 的官方立场。Followme 不对内容的准确性、完整性或可靠性作出任何保证,对于基于该内容所采取的任何行为,不承担任何责任,除非另有书面明确说明。

喜欢的话,赞赏支持一下
avatar
回复 0

加载失败()

  • tradingContest