Ada Wacana Legalisasi Kasino, Apa Bedanya dengan Judol?

avatar
· 阅读量 19
Ada Wacana Legalisasi Kasino, Apa Bedanya dengan Judol?
Foto: Ilustrasi kasino (Getty Images/Image Source)
Jakarta

Wacana mengenai legalisasi kasino di Indonesia mencuat. Pengamat ekonomi nasional Benny Batara menekankan perlunya membedakan antara kasino yang menyasar kalangan atas dan judi online ilegal yang justru menyasar masyarakat bawah.

"Kalau kita legalkan kasino, itu beda dengan judi online seperti yang marak di Kamboja. Judi online bisa diakses siapa pun dengan handphone-tukang ojek, tukang sayur, semua bisa ikut. Tapi kasino itu fisik. Harus beli tiket pesawat, sewa kamar hotel. Artinya, segmen pasarnya jelas: kalangan menengah ke atas," jelas Bennix dalam keterangannya, Rabu (11/6/2026).

Ia menyebut bahwa legalisasi kasino secara strategis bisa memberi pemasukan besar ke negara dan mengalihkan aliran uang yang selama ini bocor ke luar negeri.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kalau judi itu legal, duit masuk ke kas negara lewat Direktorat Jenderal Pajak. Kalau ilegal, duit masuk ke oknum aparat. Pilihannya, kita mau perkaya siapa hari ini?" tegasnya.

Bennix mencontohkan Singapura yang hanya berpenduduk sekitar 6 juta orang, namun berhasil mencetak pendapatan hingga Rp109 triliun dari dua kasino ternama: Marina Bay Sands dan Resorts World Sentosa.

Jumlah ini bahkan ditargetkan meningkat hingga Rp 150 triliun pada 2025, di mana mayoritas pengunjungnya bukan warga negara Singapura, melainkan wisatawan dari negara tetangga-termasuk Indonesia.

"Warga Singapura sendiri dipersulit untuk berjudi. Mereka harus bayar tiket masuk kasino sekitar Rp 35 juta. Tapi bagi warga asing, itu tidak berlaku. Karena memang kasino dibangun bukan untuk rakyat mereka. Mereka membidik orang Malaysia, orang Indonesia-terutama dari Medan. Banyak pengusaha kita tiap akhir pekan sewa 4 pesawat buat ke Genting Highlands," paparnya.

Baca juga: Saat Jakarta Legalkan Judi: Kasino di Tengah Kota, Toto di Pinggir Pantai

Ia juga menyoroti bahwa kalangan atas berjudi bukan untuk menjadi kaya, tetapi sebagai bentuk hiburan berisiko tinggi (high-end entertainment), berbeda dengan motif masyarakat bawah yang berjudi karena ingin cepat kaya.

"Mereka tahu mereka bisa rugi miliaran, dan mereka datang dengan target kerugian itu. Tapi itu hiburan buat mereka. Mereka gak ngopi di pinggir jalan. Bukan ke Dufan. Mereka cari sensasi yang beda," ujar Bennix.

Menurutnya, selama Indonesia tidak mampu menyediakan sarana hiburan semacam itu, maka uang akan terus mengalir ke luar negeri. Bahkan ia menyebut Indonesia kehilangan potensi ratusan triliun rupiah tiap tahun karena tak mengelola potensi industri kasino secara sah.

"Selama 10 tahun ini, sudah lebih dari 1.000 triliun rupiah uang orang Indonesia terbang ke luar negeri buat judi," ujarnya.

Lebih lanjut, Bennix juga mengungkap potensi campur tangan asing dalam menggagalkan potensi ekonomi nasional, termasuk investasi strategis seperti pembangunan kasino, galangan kapal, hingga kilang minyak.

"Saya tahu sendiri, banyak LSM didanai dari luar negeri buat demo di Indonesia. Kalau negara ini buka kilang minyak, atau mau buka kasino, ada demo. Katanya isu lingkungan, padahal bisnis mereka yang terganggu. Singapura misalnya, mereka pintar. Setiap orang main kasino, negara dapat 25 persen royalti," bebernya.

Bennix menyatakan, pendekatan realistis dan berbasis bisnis perlu diterapkan dalam membuat kebijakan. Bukan hanya soal moral atau agama, tapi manfaat ekonomi yang lebih luas.

"Kalau daerah seperti Pangkal Pinang APBD-nya cuma 1 triliun dan PAD cuma 100 miliar, itu artinya 90% hidup dari belas kasihan pusat. Kalau ini perusahaan, udah bangkrut. Kenapa kita gak bikin industri yang masuk akal? Yang bisa jalan sekarang ya pariwisata, hiburan, termasuk kasino fisik dengan regulasi yang ketat," ujarnya.

(igo/fdl)

风险提示:以上内容仅代表作者或嘉宾的观点,不代表 FOLLOWME 的任何观点及立场,且不代表 FOLLOWME 同意其说法或描述,也不构成任何投资建议。对于访问者根据 FOLLOWME 社区提供的信息所做出的一切行为,除非另有明确的书面承诺文件,否则本社区不承担任何形式的责任。

FOLLOWME 交易社区网址: www.followme.ceo

喜欢的话,赞赏支持一下
avatar
回复 0

加载失败()

  • tradingContest