Pasardana.id - Riset harian FAC Sekuritas menyebutkan, pada perdagangan kemarin (11/06), IHSG ditutup melemah 8,29 poin (-0,11%) ke level 7.222,46.
Pelemahan IHSG disebabkan adanya profit taking pasca indeks menguat tiga hari beruntun.
Dari internal, Posisi Investasi Internasional (PII) Indonesia pada triwulan I 2025 mencatat kewajiban neto yang menurun menjadi USD224,5 miliar dari sebelumnya USD245,7 miliar (Q4-2024).
Dari eksternal, investor masih cenderung wait & see mengamati dengan seksama perkembangan pembicaraan perdagangan AS-Tiongkok. Menteri Perdagangan AS, Howard Lutnick menyatakan optimisme bahwa China akan mencabut pembatasan ekspor, sedangkan AS sedang mempertimbangkan untuk melonggarkan pembatasan penjualan teknologi canggih ke China.
Sementara itu, Wall Street tadi malam ditutup melemah, seperti DJIA (-0,00%), S&P 500 (-0,27%), & Nasdaq (-0,50%).
Pelemahan tersebut karena investor mengambil jeda dari reli baru-baru ini, meskipun data inflasi menggembirakan dan perjanjian perdagangan AS-Tiongkok yang tentatif.
Indeks Harga Konsumen Mei naik hanya 0,1% bulan ke bulan, di bawah ekspektasi, sedangkan inflasi inti juga datang lebih lembut, mengurangi tekanan pada Federal Reserve untuk menaikkan suku bunga.
Di sisi perdagangan, negosiator AS dan Tiongkok mencapai kesepakatan awal yang mencakup Tiongkok memasok tanah jarang dan AS melonggarkan pembatasan visa pelajar Tiongkok.
Namun, perjanjian itu kurang jelas tentang tarif dan kontrol ekspor, meredam optimisme investor.
"Menyikapi beragam kondisi tersebut, pada perdagangan hari ini, IHSG diperkirakan cenderung mixed dibayangi perkembangan negosiasi perdagangan, pemangkasan pertumbuhan ekonomi Indonesia, dan pergerakan kurs Rupiah," sebut analis FAC Sekuritas dalam riset Kamis (12/6).
加载失败()