Pasardana.id - Harga minyak dunia meningkat signifikan setelah menyentuh level terendah dalam empat tahun terakhir. Pada Februari 2021, harga minyak Brent mencapai titik terendah selama empat tahun terakhir, yaitu US$60,2 per barel.
Namun pada 13 Juni 2025, harga minyak meningkat sebesar 7% menjadi US$74 per barel. Hal ini disebabkan oleh Israel memulai perang dengan melakukan operasi rising lion pada 13 Juni 2025 yang menyerang fasilitas nuklir Iran.
Di sisi lain, Iran melakukan serangan balasan pada hari yang sama, mengakibatkan tensi geopolitik semakin meningkat dan harga minyak melonjak di tengah isu oversupply minyak global.
Kenaikan harga minyak Brent terus berlangsung. Pada 20 Juni 2025, angkanya naik 3,5% YTD menjadi US$77,2/barel.
Menurut Office of Chief Economist PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, harga minyak diperkirakan masih akan meningkat dalam jangka pendek karena eskalasi konflik geopolitik. Namun, secara year-on-year (YoY) harga minyak Brent masih terkoreksi sebesar -19,4% YoY.
"Hal ini mencerminkan kondisi fundamental minyak global yang mengalami oversupply," ujar Office of Chief Economist Bank Mandiri dikutip Selasa (24/6/2025).
Meski begitu, Office of Chief Economist Bank Mandiri memperkirakan harga rata-rata minyak mentah Brent pada 2025 sebesar US$70,6/barel. Proyeksi tersebut merupakan skenario baseline.
"Namun, kami juga melihat bahwa harga minyak dapat melebihi harga pada skenario baseline jika tensi konflik geopolitik semakin meningkat," katanya.
Hal ini dapat ditandai dengan terus terjadinya serangan balasan dan bergabungnya negara besar lain seperti Tiongkok dan Rusia dalam perang.
Hal ini pun dinilai akan berdampak pada wilayah perang yang meluas sehingga berpotensi mengganggu produksi dan distribusi minyak global secara signifikan.
加载失败()