Nilai Tukar Rupiah Menguat ke 16.348 di Tengah Gencatan Senjata Iran-Israel, Cermati Kesaksian Powell di DPR AS

avatar
· 阅读量 9
  • Rupiah Indonesia menguat 0,68%% ke Rp16.348 per Dolar AS, USD/IDR menghentikan rally tujuh hari berturut-turut.
  • Sentimen pasar membaik setelah Trump mengumumkan gencatan senjata total Iran-Israel.
  • Bursa Asia dan mata uang regional menguat terhadap Greenback, pasar mencermati kesaksian Powell di DPR.

Pada perdagangan hari Selasa, nilai tukar Rupiah Indonesia (IDR) tercatat menguat ke 16.348 per Dolar AS (USD), pulih sekitar 0,68% di awal sesi Eropa. Penguatan ini menghentikan tren kenaikan tujuh hari berturut-turut USD/IDR, yang sebelumnya ditutup di 16.459 pada Senin. Sentimen positif muncul karena meredanya ketegangan geopolitik setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan gencatan senjata total antara Israel dan Iran, mengakhiri konflik 12 hari yang menimbulkan kekhawatiran global.

Saat berita ini ditulis, Indeks Dolar AS (DXY) anjlok dan kembali bergerak ke kisaran 98,09 akibat membaiknya selera risiko setelah mengunjungi tertinggi hari Selasa di 99,42.

Menurut Aljazeera, gencatan senjata Israel-Iran dimulai sekitar enam jam setelah pengumuman Trump tersebut, dengan periode menenangkan diri hingga pukul 04:00 GMT untuk memberi waktu kedua pihak meredakan ketegangan dan menyelesaikan 'misi terakhir' mereka. "GENCATAN SENJATA SEKARANG TELAH BERLAKU. MOHON JANGAN MELANGGARNYA!" tegas Trump di Social Truth pada Selasa.

Meski begitu, Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, menyatakan di platform X, bahwa belum ada perjanjian resmi, namun Teheran akan menghentikan serangan jika Israel melakukan hal yang sama.

Bursa Asia Merespons Positif, Dolar AS Melemah terhadap Mata Uang Asia

Bursa Asia menguat setelah pengumuman tersebut. IHSG tercatat pulih sebesar 1,11% ke 6.862 di akhir sesi satu. Indeks ASX Australia naik 85 poin ke level 8.560, menguat 1,00%. Di Jepang, indeks Nikkei melonjak 410 poin ke posisi 38.764, atau naik 1,07%. Sementara itu, indeks KOSPI Korea Selatan mencatat kenaikan tertinggi, menguat 86 poin menjadi 3.101, setara dengan lonjakan 2,88%.

Selain terhadap Rupiah, Dolar AS juga melemah terhadap sejumlah mata uang Asia pada perdagangan terbaru. USD/JPY turun ke 145,15, USD/KRW melemah ke 1.362, dan USD/SGD turun tipis ke 1,2806. Sementara USD/MYR melemah ke 4,2540, dan USD/CNY turun ke 7,1768. Kurs USD/HKD stabil di 7,8499.

PMI AS Beragam, Sinyal Dovish The Fed Perkuat Ekspektasi Pemangkasan Suku Bunga

Aktivitas ekonomi sektor swasta AS tetap solid pada Juni 2025, dengan PMI Gabungan S&P Global berada di 52,8, sedikit lebih rendah dari Mei yang tercatat di 53, namun masih mencerminkan. PMI Manufaktur stabil di 52, sementara PMI Jasa turun tipis ke 53,1 dari 53,7 – keduanya mengalahkan ekspektasi analis. Ekonom S&P Global, Chris Williamson, mencatat bahwa "aktivitas bisnis tetap kuat meski prospek jangka pendek masih diliputi ketidakpastian dan tekanan inflasi."

Data PMI AS yang beragam dan pernyataan dovish dari pejabat The Fed, termasuk Gubernur Michelle Bowman, yang menyebut pemangkasan suku bunga “semakin dekat” di tengah risiko pasar tenaga kerja, turut menekan dolar AS. Spekulasi pasar kini mengarah pada kemungkinan pemangkasan suku bunga pada Juli.

Fokus Pasar: Kesaksian Powell di DPR

Pasar menantikan rilis data ekonomi penting seperti Indeks Keyakinan Konsumen Conference Board dan Indeks Manufaktur Richmond. Namun sorotan utama tertuju pada kesaksian Ketua The Fed Jerome Powell di hadapan Komite Layanan Keuangan DPR. Pernyataan Powell diprakirakan akan menjadi petunjuk penting arah kebijakan moneter The Fed dan berpotensi memengaruhi pergerakan jangka pendek USD/IDR.

Indikator Ekonomi

Kesaksian Powell, Ketua The Fed

Ketua Federal Reserve Jerome Powell memberikan kesaksian di hadapan Kongres, memberikan gambaran luas mengenai perekonomian dan kebijakan moneter. Pernyataan Powell yang telah disiapkan dipublikasikan sebelum pidatonya di Capitol Hill.

Baca lebih lanjut

Rilis berikutnya Sel Jun 24, 2025 14.00

Frekuensi: Tidak teratur

Konsensus: -

Sebelumnya: -

Sumber: Federal Reserve

Pertanyaan Umum Seputar Sentimen Risiko

Dalam dunia jargon keuangan, dua istilah yang umum digunakan, yaitu "risk-on" dan "risk off" merujuk pada tingkat risiko yang bersedia ditanggung investor selama periode yang dirujuk. Dalam pasar "risk-on", para investor optimis tentang masa depan dan lebih bersedia membeli aset-aset berisiko. Dalam pasar "risk-off", para investor mulai "bermain aman" karena mereka khawatir terhadap masa depan, dan karena itu membeli aset-aset yang kurang berisiko yang lebih pasti menghasilkan keuntungan, meskipun relatif kecil.

Biasanya, selama periode "risk-on", pasar saham akan naik, sebagian besar komoditas – kecuali Emas – juga akan naik nilainya, karena mereka diuntungkan oleh prospek pertumbuhan yang positif. Mata uang negara-negara yang merupakan pengekspor komoditas besar menguat karena meningkatnya permintaan, dan Mata Uang Kripto naik. Di pasar "risk-off", Obligasi naik – terutama Obligasi pemerintah utama – Emas bersinar, dan mata uang safe haven seperti Yen Jepang, Franc Swiss, dan Dolar AS semuanya diuntungkan.

Dolar Australia (AUD), Dolar Kanada (CAD), Dolar Selandia Baru (NZD) dan sejumlah mata uang asing minor seperti Rubel (RUB) dan Rand Afrika Selatan (ZAR), semuanya cenderung naik di pasar yang "berisiko". Hal ini karena ekonomi mata uang ini sangat bergantung pada ekspor komoditas untuk pertumbuhan, dan komoditas cenderung naik harganya selama periode berisiko. Hal ini karena para investor memprakirakan permintaan bahan baku yang lebih besar di masa mendatang karena meningkatnya aktivitas ekonomi.

Sejumlah mata uang utama yang cenderung naik selama periode "risk-off" adalah Dolar AS (USD), Yen Jepang (JPY) dan Franc Swiss (CHF). Dolar AS, karena merupakan mata uang cadangan dunia, dan karena pada masa krisis para investor membeli utang pemerintah AS, yang dianggap aman karena ekonomi terbesar di dunia tersebut tidak mungkin gagal bayar. Yen, karena meningkatnya permintaan obligasi pemerintah Jepang, karena sebagian besar dipegang oleh para investor domestik yang tidak mungkin menjualnya – bahkan saat dalam krisis. Franc Swiss, karena undang-undang perbankan Swiss yang ketat menawarkan perlindungan modal yang lebih baik bagi para investor.

 

 

Bagikan: Pasokan berita

风险提示:以上内容仅代表作者或嘉宾的观点,不代表 FOLLOWME 的任何观点及立场,且不代表 FOLLOWME 同意其说法或描述,也不构成任何投资建议。对于访问者根据 FOLLOWME 社区提供的信息所做出的一切行为,除非另有明确的书面承诺文件,否则本社区不承担任何形式的责任。

FOLLOWME 交易社区网址: www.followme.ceo

喜欢的话,赞赏支持一下
avatar
回复 0

加载失败()

  • tradingContest