
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menetapkan tarif perdagangan untuk Indonesia sebesar 19% yang berlaku mulai 1 Agustus 2025. Besaran itu telah dipangkas dari rencana sebelumnya 32% seiring tercapainya kesepakatan kedua negara.
Research Director Prasasti Center for Policy Studies, Gundy Cahyadi mengatakan kesepakatan itu dilandasi prinsip timbal balik untuk mencapai hubungan dagang yang adil bagi kedua negara. Dengan besaran tarif yang lebih rendah dari sebelumnya, Indonesia disebut bisa meningkatkan daya saing produk.
"Indonesia bisa menjual produk di pasar AS dengan besaran tarif yang lebih rendah dari sebelumnya sehingga dapat meningkatkan daya saing produk. Sementara AS mengekspor barang produktif yang dibutuhkan industri Tanah Air," kata Gundy dalam keterangan tertulis, Jumat (18/7/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Gundy menilai besaran tarif Indonesia yang lebih rendah dibandingkan negara lain diharapkan bisa membangkitkan optimisme dan meningkatkan kepercayaan investor atas prospek bisnis di Indonesia.
"Efek samping lainnya akan sangat bergantung deal antara Trump dengan negara lain yang memiliki ketergantungan tinggi dengan pasar AS, terutama di Asia seperti Vietnam dan China. Jika kesepakatan tarif yang diraih negara-negara itu ternyata tidak lebih baik dari Indonesia, maka terbuka peluang terjadinya realokasi asalkan Indonesia mampu mengoptimalkan kesempatan tersebut dengan mempermudah izin dan kepastian hukum," bebernya.
Hal ini pada akhirnya bisa memacu sektor riil, pembukaan lapangan kerja, meningkatkan penerimaan pajak dan pertumbuhan ekonomi.
"Apalagi Trump menegaskan akan menindak keras praktik transhipment bagi para pelaku usaha yang coba-coba mengakali ekspor ke AS melalui negara yang dikenakan tarif lebih rendah," kata Gundy.
Negosiasi AS dengan negara lain memang masih berlangsung dan bisa saja menghadirkan berbagai kejutan baru. Meski begitu, kemampuan Indonesia mengunci kesepakatan tarif 19% sebelum tenggat waktu berakhir patut diapresiasi.
Baca juga: Tarif Impor Trump Bisa Bikin UMKM Ekspor di RI Lesu |
"Menariknya deal dengan Presiden Trump tercapai di saat Presiden Prabowo terus menunjukkan posisinya yang kuat di BRICS dan aktif menjalankan diplomasi ekonomi ke Uni Eropa," kata Gundy.
Sebagai informasi, AS adalah mitra dagang terbesar kedua bagi Indonesia. Dalam 5 tahun terakhir (2020-2024), pertumbuhan ekspor Indonesia ke AS naik dengan rata-rata 9,71% per tahun.
Tahun 2024 total perdagangan AS-Indonesia mencapai US$ 38,3 miliar dengan nilai ekspor Indonesia ke AS mencapai US$ 26,3 miliar dan impor dari AS ke Indonesia sejumlah US$ 12,0 miliar. China masih menjadi tujuan utama ekspor Indonesia dengan share 26,40%, diikuti AS dan Jepang masing-masing share 11,22% dan 6,59%.
(acd/acd)作者:Anisa Indraini -,文章来源detik_id,版权归原作者所有,如有侵权请联系本人删除。
风险提示:本文所述仅代表作者个人观点,不代表 Followme 的官方立场。Followme 不对内容的准确性、完整性或可靠性作出任何保证,对于基于该内容所采取的任何行为,不承担任何责任,除非另有书面明确说明。
加载失败()