
Maskapai pelat merah Garuda Indonesia berencana melakukan pembelian besar-besaran pesawat pabrikan Amerika Serikat (AS), Boeing. Rencananya akan ada impor pesawat Boeing hingga 50 unit.
Pengamat Penerbangan Gatot Rahardjo menyatakan saat ini Garuda memang butuh tambahan pesawat. Langkah membeli Boeing sebetulnya adalah langkah yang tepat, yang penting pesawat yang mau dibeli tadi harus diperhitungkan sesuai dengan kebutuhan maskapai.
"Sebenarnya Garuda memang saat ini butuh tambahan pesawat, tapi juga tidak bisa tambah semau-maunya. Tentu harus ada hitungannya," beber Gatot ketika dihubungi detikcom, Selasa (22/7/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Melihat situasi terkini Garuda, Gatot membeberkan maskapai pelat merah itu setidaknya butuh 20-25 pesawat wide body. Untuk pabrikan Boeing bisa saja membeli seri 777 ataupun 787. Pesawat-pesawat ini bakal digunakan untuk rute Internasional yaitu ke Jepang, Korea, China, India, Australia, Timur Tengah dan Eropa. Pesawat ini juga nantinya bisa dipakai untuk penerbangan haji dan umrah.
Baca juga: Garuda Ungkap Tujuan Besar Borong 50 Pesawat Boeing |
Selain itu Garuda juga perlu pesawat narrow body, setidaknya perlu 80 pesawat untuk penerbangan domestik dan regional Asean serta sebagian Australia. Pesawat narrow body Boeing yang populer misalnya seri 737.
"Nah tinggal sekarang dihitung, pesawat yang ada saat ini wide dan narrow body ada berapa terus butuh tambahan berapa. Tambahan ini bisa berupa tambah baru atau replacement pesawat lama," beber Gatot.
Di sisi lain, pengamat penerbangan Alvin Lie menambahkan penambahan pesawat bagi sebuah maskapai artinya adalah merencanakan peningkatan kapasitas produksi untuk mendapatkan pendapatan. Catatannya adalah agar penambahan pesawat ini diiringi dengan rencana pengembangan bisnis dan rute yang baik.
"Pesawat adalah alat produksi. Menambah jumlah pesawat itu sama dengan meningkatkan kapasitas produksi. Dengan tambahan pesawat, kapasitas produksi Garuda meningkat. Namun penambahan pesawat harus didasarkan pada rencana pegembangan bisnis & pengembangan route," beber Alvin Lie.
"Apakah Garuda Group sudah membuat rencana pengembangan bisnis yg membutuhkan tambahan 50 pesawat? Mau mengembangkan route Domestik atau Internasional," lanjutnya memberikan pertanyaan.
Menurutnya, sejauh ini Garuda harus melanjutkan gaya kepemimpinan Irfan Setiaputra yang selektif dalam membuka rute. Di era Irfan memimpin banyak sekali rute produktif dipangkas, tak jarang rute itu dibuka hanya karena permintaan pejabat bukan karena hitungan bisnis yang oke.
"Route domestik yang merugi dan yang kurang produktif banyak dipangkas pada zaman Pak Irfan. Banyak route tersebut yang dibuka hanya untuk memenuhi selera dan instruksi pejabat. Tapi secara bisnis tidak laik. Apakah route-route tersebut akan dibuka lagi? Merugi lagi? Butuh rencana bisnis baru yang dibuat untuk mengakomodir 50 pesawat baru tersebut," papar Alvin.
Pembelian 50 unit pesawat Boeing sendiri masuk dalam kesepakatan negosiasi tarif resiprokal antara pemerintah Indonesia dan AS. Dengan mengimpor lebih banyak barang dari AS ke Indonesia dapat menyeimbangkan neraca dagang AS yang defisit ke Indonesia. Dengan begitu, Negeri Paman Sam mau menurunkan tarif impor barang dari Indonesia menjadi hanya 19%.
(hal/rrd)作者:Herdi Alif Al Hikam -,文章来源detik_id,版权归原作者所有,如有侵权请联系本人删除。
风险提示:以上内容仅代表作者或嘉宾的观点,不代表 FOLLOWME 的任何观点及立场,且不代表 FOLLOWME 同意其说法或描述,也不构成任何投资建议。对于访问者根据 FOLLOWME 社区提供的信息所做出的一切行为,除非另有明确的书面承诺文件,否则本社区不承担任何形式的责任。
FOLLOWME 交易社区网址: www.followme.ceo
加载失败()