Fenomena Rojali dan Rohana Sudah Lama Ada, Bukan Hal Baru

avatar
· 阅读量 17
Fenomena Rojali dan Rohana Sudah Lama Ada, Bukan Hal Baru
Foto: Andhika Prasetia
Jakarta

Fenomena rojali atau rombongan jarang beli dan rombongan hanya nanya atau rohana merebak di sejumlah pusat perbelanjaan atau mal. Meskipun fenomena ini ditengarai lantaran turunnya daya beli masyarakat, tetapi pemerintah bilang rojali dan rohana bukanlah hal baru.

Menteri Perdagangan, Budi Santoso, bilang masyarakat bebas saja untuk memilih berbelanja di mal atau lewat toko daring (online store). Baginya, menjadi hal yang wajar kalau masyarakat datang ke mal dan melihat-lihat terlebih dahulu, meskipun pada akhirnya tidak membelanjakan uangnya.

"Kita tuh bebas mau beli di online, mau beli di offline. Dari dulu fenomena itu (rojali) juga ada. Namanya orang dari dulu 'kan juga begitu. Orang mau belanja, dicek dulu, yang ingin lihat barangnya bagus atau tidak, harganya seperti apa," ujar Budi saat ditemui di acara peresmian 100 merek UMKM di salah satu pusat perbelanjaan, Jakarta, Rabu (23/7/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Budi bilang, konsumen yang menjadi rojali salah satunya mau mengecek terlebih dulu kondisi barang sebelum membeli. Ia menilai, hal ini dilakukan masyarakat karena menghindari membeli barang yang palsu.

"Jangan sampai nanti dapat yang palsu, misalnya 'kan begitu. Dapat barang rekondisi 'kan, makanya dicek barangnya, kalau bagus ya beli," tukasnya.

ADVERTISEMENT
Baca juga: Nggak Cuma Rojali, Rohana Juga Ikut Bikin Omzet Mal Turun!

Dalam kesempatan yang sama, Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI), Alphonsus Widjaja, menyampaikan ada perbedaan faktor yang melatarbelakangi kelas menengah ke bawah dan ke atas ini masuk dalam segmentasi 'rojali'. Orang kaya cenderung ngerem belanja karena kondisi ekonomi global yang tidak menentu, sedangkan kelas menengah ke bawah karena ada penurunan daya beli.

"Kalau yang di kelas menengah atas, penyebabnya misalkan mereka lebih ke hati-hati dalam berbelanja. Apalagi kalau ada pengaruh makroekonomi, mikroekonomi dari global. Sehingga mereka (memilih) belanja atau investasi? 'Kan itu juga terjadi," ujar Alphonsus.

"Kemudian sekarang memang terjadi ini lebih karena faktor daya beli, khususnya yang di kelas menengah bawah. Daya belinya berkurang, uang yang dipegang semakin sedikit, tapi mereka tetap datang ke pusat perbelanjaan. Makanya data APBBI menyatakan bahwa jumlah kunjungan ke pusat perbelanjaan tetap naik, meskipun tidak signifikan," ungkapnya lanjut.

(fdl/fdl)

风险提示:以上内容仅代表作者或嘉宾的观点,不代表 FOLLOWME 的任何观点及立场,且不代表 FOLLOWME 同意其说法或描述,也不构成任何投资建议。对于访问者根据 FOLLOWME 社区提供的信息所做出的一切行为,除非另有明确的书面承诺文件,否则本社区不承担任何形式的责任。

FOLLOWME 交易社区网址: www.followme.ceo

喜欢的话,赞赏支持一下
avatar
回复 0

加载失败()

  • tradingContest