Harga CPO Melorot, Terbebani Lonjakan Output dan Permintaan yang Lesu

Ipotnews - Minyak sawit (CPO) berjangka Malaysia merosot, Kamis, menghentikan kenaikan dua sesi berturut-turut, tertekan minyak nabati pesaing, sementara kekhawatiran atas lonjakan output dan lesunya permintaan ekspor semakin menekan harga.
Harga minyak sawit acuan untuk kontrak pengiriman Oktober di Bursa Malaysia Derivatives Exchange turun 28 ringgit, atau 0,65%, menjadi 4.250 ringgit (USD1.000) per metrik ton pada jeda tengah hari, demikian laporan  Reuters,  di Kuala Lumpur, Kamis (31/7).
"Minyak kelapa sawit mentah berjangka diperdagangkan lebih rendah mengikuti pelemahan pasar minyak kedelai (soyoil) Chicago dan palm olein Dalian selama jam perdagangan Asia," kata David Ng, trader Iceberg X Sdn Bhd yang berbasis di Kuala Lumpur.
"Kekhawatiran yang terus berlanjut atas peningkatan produksi dan lemahnya ekspor juga menambah tekanan pada pasar."
Survei kargo akan merilis perkiraan ekspor periode Juli hari ini.
Kontrak minyak kedelai yang paling aktif di bursa Dalian turun 0,61%, sementara kontrak minyak sawitnya menyusut 0,51%. Harga minyak kedelai di Chicago Board of Trade melorot 0,82%.
Minyak sawit mengikuti pergerakan harga minyak pesaingnya, karena berkompetisi untuk mendapatkan pangsa pasar minyak nabati (vegetable oil) global.
Pada pukul 12.51 WIB, harga minyak mentah Brent turun 0,19% menjadi USD73,10 per barel. Pelemahan minyak mentah berjangka membuat CPO menjadi pilihan yang kurang menarik untuk bahan baku biodiesel.
Ringgit, mata uang perdagangan kelapa sawit, melemah 0,35% terhadap dolar, membuat komoditas ini lebih murah bagi pembeli yang memegang mata uang lain.
Ekspor minyak sawit Malaysia ke Amerika Serikat selama Januari-Mei melambung 51,8% dibandingkan tahun sebelumnya menjadi 93.000 metrik ton, menurut Kementerian Perkebunan dan Komoditas. (ef)

Sumber : Admin