Ipotnews - Minyak melemah, Kamis, karena investor mempertimbangkan risiko kekurangan pasokan di tengah desakan Presiden Donald Trump untuk penyelesaian cepat perang di Ukraina melalui tarif yang lebih tinggi, meski lonjakan stok minyak mentah AS membebani harga.
Minyak mentah berjangka Brent untuk kontrak September, yang akan berakhir Kamis, turun 17 sen, atau 0,23%, menjadi USD73,07 per barel pada pukul 14,01 WIB. Sementara, kontrak Oktober yang lebih aktif berkurang 26 sen, atau 0,4%, menjadi USD72,21.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate Amerika untuk kontrak September menyusut 15 sen, atau 0,21%, menjadi USD69,85 per barel, demikian laporan Reuters dan Bloomberg, di Singapura, Kamis (31/7).
Kedua harga acuan tersebut ditutup menguat 1% pada sesi Rabu.
"Kontrak minyak terjebak dalam pola bertahan hari ini, berosilasi dalam kisaran yang ketat karena baik pembeli maupun penjual tidak memiliki keyakinan untuk menaikkan atau menurunkan harga secara signifikan, terutama menjelang tenggat waktu 1 Agustus untuk tarif baru Amerika Serikat," kata Priyanka Sachdeva, analis Phillip Nova.
"Di satu sisi, retorika hawkish Trump tentang sanksi minyak Rusia terus menopang premi pasar yang ketat; di sisi lain, penguatan dolar, indikator pertumbuhan global yang lesu, dan peningkatan mengejutkan dari EIA membatasi kenaikan."
Trump mengatakan akan mulai memberlakukan langkah-langkah terhadap Rusia, termasuk tarif sekunder 100% pada mitra dagangnya, jika Moskow tidak mencapai kemajuan untuk mengakhiri perang dalam 10-12 hari, memajukan tenggat waktu 50 hari sebelumnya.
"Kekhawatiran bahwa tarif sekunder terhadap negara-negara pengimpor minyak mentah Rusia akan memperketat pasokan terus mendorong minat beli," kata Toshitaka Tazawa, analis Fujitomi Securities.
Amerika juga memperingatkan China, pembeli terbesar minyak Rusia, bahwa negara itu dapat menghadapi tarif yang sangat tinggi jika terus membeli.
Rabu, Departemen Keuangan AS mengumumkan sanksi baru terhadap lebih dari 115 individu, entitas, dan kapal yang terkait dengan Iran, sebagai tanda bahwa pemerintahan Trump menggandakan kampanye "tekanan maksimum" setelah mengebom situs nuklir utama Teheran pada Juni.
Sementara itu, persediaan minyak mentah AS melonjak 7,7 juta barel dalam pekan yang berakhir pada 25 Juli menjadi 426,7 juta barel, didorong penurunan ekspor, menurut Badan Informasi Energi (EIA), Rabu. Analis memperkirakan penurunan 1,3 juta barel.
Stok bensin anjlok 2,7 juta barel menjadi 228,4 juta barel, jauh melampaui perkiraan penurunan 600.000 barel.
"Data inventaris AS menunjukkan peningkatan stok minyak mentah yang mengejutkan, tetapi penarikan bensin yang lebih besar dari perkiraan mendukung pandangan permintaan musim berkendara yang kuat, sehingga berdampak netral pada pasar minyak," kata Tazawa. (ef)
Sumber : Admin
作者:indopremier_id,文章来源indopremier_id,版权归原作者所有,如有侵权请联系本人删除。
风险提示:本文所述仅代表作者个人观点,不代表 Followme 的官方立场。Followme 不对内容的准确性、完整性或可靠性作出任何保证,对于基于该内容所采取的任何行为,不承担任何责任,除非另有书面明确说明。
喜欢的话,赞赏支持一下
加载失败()