Ketakutan Dampak Tarif Imbangi Ancaman Pasokan Rusia, Minyak Stabil

avatar
· 阅读量 34

Ipotnews - Harga minyak relatif flat, Jumat, setelah jatuh lebih dari 1% pada sesi sebelumnya karena trader mencerna dampak tarif Amerika yang lebih tinggi, yang dapat membatasi aktivitas ekonomi dan meredam pertumbuhan permintaan bahan bakar global.
Minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, naik 2 sen, atau 0,03%, menjadi USD71,72 per barel pada pukul 14.33 WIB, demikian laporan  Reuters  dan  Bloomberg,  di Houston, Jumat (1/8).
Sementara, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediat, naik 1 sen, atau 0,01%, menjadi USD69,25 per barel.
Namun, harga Brent di jalur menuju kenaikan sekitar 4,9% minggu ini, sementara WTI melonjak 6,4%, setelah Presiden AS Donald Trump awal pekan ini mengancam akan mengenakan tarif kepada pembeli minyak mentah Rusia, terutama China dan India, untuk mencoba menekan Moskow agar menghentikan perangnya melawan Ukraina.
"Kami pikir penyelesaian kesepakatan perdagangan yang memuaskan pasar - kurang lebih, kecuali beberapa pengecualian - menjadi pendorong utama kenaikan harga minyak dalam beberapa hari terakhir, dan progres lebih lanjut dalam perundingan perdagangan dengan China di masa mendatang dapat menjadi pendorong kepercayaan lebih lanjut bagi pasar minyak," kata Suvro Sarkar, analis DBS.
Namun, hari ini, investor lebih fokus pada penerapan tarif baru, dan sebagian besar lebih tinggi, oleh Trump terhadap mitra dagang Amerika yang akan berlaku mulai 1 Agustus.
Trump menandatangani perintah eksekutif, Kamis, yang mengenakan tarif mulai dari 10% hingga 41% terhadap impor Amerika dari puluhan negara dan wilayah asing, termasuk Kanada, India, dan Taiwan yang gagal mencapai kesepakatan perdagangan pada batas waktu 1 Agustus.
Beberapa analis memperingatkan bahwa pungutan tersebut akan membatasi pertumbuhan ekonomi dengan menaikkan harga, yang dapat membebani konsumsi minyak.
Kamis, terdapat tanda-tanda bahwa tarif yang ada mendorong harga lebih tinggi di Amerika, ekonomi dan konsumen minyak terbesar di dunia.
Inflasi Amerika meningkat sepanjang Juni karena tarif mendorong harga barang impor, seperti furnitur rumah tangga dan produk rekreasi. Hal ini mendukung pandangan bahwa tekanan harga dapat melesat pada paruh kedua 2025, dan menunda pemotongan suku bunga Federal Reserve hingga setidaknya Oktober.
Mempertahankan suku bunga juga dapat berdampak pada minyak karena biaya pinjaman yang lebih tinggi dapat membatasi pertumbuhan ekonomi.
Pada saat bersamaan, ancaman Trump untuk mengenakan tarif sekunder 100% kepada pembeli minyak mentah Rusia mendorong harga karena kekhawatiran bahwa hal itu akan mengganggu arus perdagangan minyak dan menghilangkan sebagian barel dari pasar.
Sarkar mengatakan perlambatan impor Rusia oleh India dapat menyebabkan beberapa pembatasan pasokan, tetapi hal itu sebagian besar akan dinetralisir oleh Chevron yang melanjutkan produksi minyak di Venezuela, rekor produksi Amerika, serta lonjakan pasokan AS.
Analis JP Morgan mengatakan peringatan Trump kepada China dan India tentang sanksi atas pembelian minyak Rusia yang berkelanjutan berpotensi membahayakan 2,75 juta barel per hari ekspor minyak Rusia melalui laut. Kedua negara tersebut masing-masing merupakan konsumen minyak mentah terbesar kedua dan ketiga di dunia.
"Pemerintahan Trump, seperti para pendahulunya, kemungkinan besar akan menganggap pemberian sanksi kepada eksportir minyak terbesar kedua di dunia itu tidak layak dilakukan tanpa menaikkan harga minyak," kata analis JP Morgan, merujuk pada Rusia. (ef)

Sumber : Admin

风险提示:本文所述仅代表作者个人观点,不代表 Followme 的官方立场。Followme 不对内容的准确性、完整性或可靠性作出任何保证,对于基于该内容所采取的任何行为,不承担任何责任,除非另有书面明确说明。

喜欢的话,赞赏支持一下
avatar
回复 0

加载失败()

  • tradingContest