Harapan Pemangkasan Suku Bunga The Fed Dorong Penguatan Mata Uang Asia dan Indeks Saham Regional

Ipotnews - Nilai tukar mata uang negara-negara  emerging market  Asia terhadap dolar AS dan indeks saham kawasan cenderung menguat, jelang akhir sesi perdagangan hari ini, Senin (4/8). Pelemahan indeks dolar AS (DXY) dan harapan pemangkasn suku bunga Federal Reserve AS guna meredakan tekanan ekonomi di AS tengah ketidakpastian terkait rezim tarif baru, mengangkat sentimen pasar Asia.
Laman Reuters melaporkan, mendekati pukul 15:00 WIB, ringgit Malaysia memimpin penguatan, melaju 1% menjadi 4,233 per dolar AS dan menghentikan tren penurunan selama enam sesi berturut-turut. Rupiah Indonesia dan dolar Taiwan meningkat hingga 0,7%, sementara peso Filipina bertambah 0,57%. Won Korea Selatan dan dolar Singapura menguat 0,2%.
Indeks dolar AS sedikit pulih pada hari ini, setelah merosot lebih dari 1% pada Jumat lalu. Presiden AS Donald Trump mengumumkan tarif besar-besaran yang diiringi dengan rilis laporan pekerjaan AS yang mengecewakan mendorong para pelaku pasar untuk memperkirakan pemangkasan suku bunga yang agresif oleh The Fed.
"Investor telah mengalihkan fokus dari ketidakpastian perdagangan ke dampak dari tarif yang telah diberlakukan selama beberapa waktu," tulis analis Maybank dalam catatannya yang dikutip Reuters.
"Untuk saat ini, dolar AS mungkin berada dalam tarik-menarik antara kekhawatiran pertumbuhan dan inflasi yang dapat membuatnya bergerak dalam kisaran terbatas. NBamun kami memperkirakan perlambatan ekonomi AS dan dimulainya kembali siklus pelonggaran The Fed akan mendorong pelemahan dolar AS lebih lanjut," imbuh Maybank.
Sementara itu, pasar saham regional sebagian besar menguat karena prospek penurunan biaya pinjaman membantu meredakan kekhawatiran tentang ekonomi AS. Indeks KOSPI di Seoul dan STI di Singapura melaju masing-masing hingga 1%. Indeks saham di Mumbai (NIFTY), Bangkok (SET), dan Manila (PPSEI) naik antara 0,4% hingga 0,8%.
Namun, IHSG Indonesia dan bursa KSEI Kuala Lumpur bergerak berlawanan arah, masing-masing turun lebih dari 0,3%.
Pasar masih menunggiu rilis data jasa ISM dan klaim pengangguran AS pekan ini yang akan menjadi salah satu penentu apakah The Fed akan mengambil langkah lebih agresif untuk mendukung ekonomi.
Serangan tarif dari Trump menghantam negara-negara Asia dengan besaran antara 15% hingga 40%. India menghadapi tarif tertinggi di antara negara-negara Asia utama, sebesar 25%, sementara Korea Selatan berhasil menurunkan tarif menjadi 15% setelah pembicaraan intensif.
Beberapa negara di kawasan, termasuk Vietnam, Indonesia, Filipina, Jepang, dan Kamboja, berhasil mengamankan kesepakatan setelah negosiasi berpekan-pekan. Pasar kini menilai kembali negara mana yang paling rentan terhadap gangguan ekspor akibat tarif baru AS.
"Kami menilai hasil ini lebih baik dari yang diperkirakan sebelumnya, namun tarif yang dikenakan tetap jauh lebih tinggi dibandingkan  status quo ," kata Rahul Bajoria, ekonom ASEAN dan India di BofA Securities.
Kebijakan bank sentral tetap menjadi fokus di kawasan. Otoritas Moneter Singapura dan Bank of Japan mempertahankan suku bunga mereka bersama The Fed pada pekan lalu.
Bank sentral India akan menggelar rapat kebijakan pada Rabu nanti, sementara keputusan suku bunga Thailand dijadwalkan pekan depan. (Reuters)
 Asian stocks and currencies as of 0700 GMT 


Sumber : admin