Permintaan Amerika Relatif Kuat, Minyak Berjangka Bangkit Lagi

avatar
· 阅读量 36

Ipotnews - Harga minyak menguat, Kamis, pulih dari penurunan lima hari berturut-turut, didorong tanda-tanda permintaan yang stabil di Amerika--konsumen minyak terbesar dunia--meski kekhawatiran atas dampak ekonomi dari tarif AS membatasi kenaikan.
Minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, meningkat 46 sen, atau 0,69%, menjadi USD67,35 per barel, pada pukul 13.23 WIB, demikian laporan  Reuters  dan  Bloomberg,  di Singapura, Kamis (7/8).
Sementara, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate, bertambah 48 sen atau 0,75% menjadi USD64,83 per barel.
Kedua harga acuan tersebut merosot sekitar 1% pada penutupan Rabu ke level terendah dalam delapan minggu menyusul pernyataan Presiden AS Donald Trump tentang kemajuan perundingan dengan Rusia.
Trump kemungkinan akan bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin paling cepat minggu depan, kata seorang pejabat Gedung Putih, meski AS terus bersiap untuk menjatuhkan sanksi sekunder, termasuk kemungkinan sanksi terhadap China, guna menekan Moskow agar mengakhiri perang di Ukraina.
Rusia adalah produsen minyak mentah terbesar kedua di dunia setelah Amerika Serikat.
Namun, pasar minyak tertopang oleh penurunan persediaan minyak mentah AS yang lebih besar dari perkiraan, pekan lalu.
Badan Informasi Energi (EIA), Rabu, menyatakan persediaan minyak mentah AS menyusut 3 juta barel menjadi 423,7 juta barel pada pekan yang berakhir hingga 1 Agustus, melampaui ekspektasi analis dalam jajak pendapat  Reuters  yang memperkirakan penurunan 591.000 barel.
Persediaan melorot seiring dengan lonjakan ekspor minyak mentah Amerika dan peningkatan operasional kilang, dengan utilisasi di Gulf Coast, wilayah kilang terbesar di negara ini, dan West Coast mencapai level tertinggi sejak 2023.
Analis JPMorgan mengatakan permintaan minyak global hingga 5 Agustus rata-rata mencapai 104,7 juta barel per hari, mengikuti pertumbuhan tahunan 300.000 barel per hari, tetapi 90.000 barel per hari di bawah perkiraan mereka untuk bulan tersebut.
"Meski awal bulan ini agak lesu, relatif terhadap ekspektasi kami, indikator permintaan minyak frekuensi tinggi menunjukkan konsumsi minyak global kemungkinan akan membaik secara bertahap selama beberapa minggu mendatang," ujar analis JPMorgan, dengan bahan bakar jet dan bahan baku petrokimia diantisipasi akan mendorong pertumbuhan konsumsi.
Sementara itu, impor minyak mentah China sepanjang Juli anjlok 5,4% dari bulan sebelumnya, tetapi masih melonjak 11,5% secara tahunan (year-on-year), dengan analis memperkirakan aktivitas penyulingan akan tetap kuat dalam waktu dekat.
Namun, ketidakpastian makroekonomi global setelah Amerika memberlakukan tarif baru untuk barang-barang India membatasi kenaikan harga.
Rabu, Trump mengenakan tarif tambahan 25% untuk barang-barang India, dengan alasan impor minyak Rusia mereka yang berkelanjutan. Pajak impor baru akan berlaku 21 hari setelah 7 Agustus.
"Meski bea masuk baru ini (terhadap India oleh AS) akan berlaku dalam tiga minggu, pasar sudah memperhitungkan dampak lanjutannya terhadap arus perdagangan, permintaan emerging market, dan diplomasi energi yang lebih luas," kata Priyanka Sachdeva, analis Phillip Nova.
Trump juga mengatakan dapat mengumumkan tarif lebih lanjut terhadap China, serupa dengan bea masuk 25% yang dirilis sebelumnya terhadap India atas pembelian minyak Rusia.
"Tarif kemungkinan akan merugikan ekonomi global, yang pada akhirnya bakal memengaruhi permintaan bahan bakar," kata Sachdeva, seraya menambahkan pasar mengabaikan fakta bahwa dampaknya masih akan jauh lebih besar terhadap ekonomi dan inflasi AS. (ef)

Sumber : Admin

风险提示:本文所述仅代表作者个人观点,不代表 Followme 的官方立场。Followme 不对内容的准确性、完整性或可靠性作出任何保证,对于基于该内容所采取的任何行为,不承担任何责任,除非另有书面明确说明。

喜欢的话,赞赏支持一下
avatar
回复 0

加载失败()

  • tradingContest