Jakarta - Seiring berakhirnya masa pandemi, tren bersepeda kian surut. Penjualan sepeda pun melandai, membuat banyak toko terpaksa gulung tikar.

Suasana toko sepeda Brompton di kawasan Senayan Trade Center, Jakarta Pusat, Sabtu (9/8/2025).
Aktivitas bersepeda sempat menjadi tren besar di berbagai kalangan masyarakat Indonesia selama masa pandemi Covid-19.
Saat itu, fenomena gowes tak hanya menjadi hobi, tapi juga gaya hidup yang mendorong penjualan sepeda di Tanah Air melonjak drastis.
Namun, kejayaan itu kini tinggal kenangan. Seiring berakhirnya masa pandemi dan kembalinya rutinitas masyarakat, tren bersepeda kian surut.
Penjualan sepeda pun melandai, membuat banyak toko terpaksa gulung tikar. Saat tren gowes mencapai puncak pada 2020–2021, STC menjadi sorotan media. Beberapa toko di sini memajang sepeda dengan harga fantastis, salah satunya Trek Procaliber 9.9 SL seharga Rp 125,7 juta , sebuah sepeda gunung khusus untuk balap.
Kini, dari deretan toko yang dulu berjajar, hanya segelintir yang bertahan. Salah satunya toko sepeda Brompton yang masih beroperasi, menjadi saksi bisu naik-turunnya pamor tren bersepeda di ibu kota.
Pemandangan tersebut terlihat jelas di pusat sepeda kelas atas, Senayan Trade Center (STC) Jakarta Pusat. Padahal, lantai lower ground (LG) STC dulunya selalu dipadati pencinta gowes yang berburu sepeda mewah dengan harga mulai puluhan hingga ratusan juta rupiah.
Saking ramainya dulu, di lorong-lorong lantai dasar STC bahkan terpasang peringatan agar pengunjung tidak mencoba atau mengendarai sepeda di area tersebut. Kini, suasana yang dulu hiruk-pikuk itu berubah menjadi lengang.

作者:Pradita Utama -,文章来源detik_id,版权归原作者所有,如有侵权请联系本人删除。
风险提示:本文所述仅代表作者个人观点,不代表 Followme 的官方立场。Followme 不对内容的准确性、完整性或可靠性作出任何保证,对于基于该内容所采取的任何行为,不承担任何责任,除非另有书面明确说明。
加载失败()