Tren Penurunan Imbal Hasil Bisa Berlanjut, BI Bergerak Independen terhadap The Fed - Ashmore

avatar
· 阅读量 34

Ipotnews - Bursa saham Indonesia mengakhiri sesi perdagangan pekan kedua Agustus 2025, Jumat (8/8) dengan mencatatkan kenaikan IHSG sebesar 0,58% menjadi 7.533, sedikit lebih rendah dari sesi penutupan pekan sebelumnya di level 7.538. Investor asing mencatatkan arus masuk sebesar USD39 juta dalam sepekan terakhir.
 Weekly Commentary  PT Ashmore Asset Management Indonesia mencatat sejumlah peristiwa penting yang terjadi selama pekan ini, antara lain;
Tren Penurunan Imbal Hasil Bisa Berlanjut, BI Bergerak Independen terhadap The Fed - Ashmore
Apa yang Terjadi Selama Pekan Lalu?
Ashmore mencatat, sektor yang mencatat kinerja positif adalah sektor  Consumer Cyclicals  dan  Industrials  yang masing-masing meloncat +6,41% dan +5,19%. Sementara itu, sektor yang tertinggal adalah sektor  Technology  dan  Consumer Non-Cyclical  yang masing-masing ambles -5,24% dan -1,83%.
Indeks dengan performa terbaik pekan ini adalah Nasdaq (+2,87%) dan Nikkei (+2,50%). Di sisi lain, terdapat koreksi pada harga Minyak Mentah (-4,48%) dan Batu Bara (-1,90%).
Ashmore juga mencatat, rilis data PMI sektor jasa AS pekan ini, secara tak terduga turun ke level 50,1, mengindikasikan pertumbuhan yang datar di sektor tersebut, khususnya dengan melambatnya aktivitas bisnis. Tekanan harga tetap signifikan dengan kekhawatiran utama masih pada dampak tarif.
Sementara itu, defisit perdagangan AS menyempit ke level terendah sejak September 2023 karena impor turun lebih besar dibanding ekspor. Secara khusus, defisit dengan China dan Uni Eropa menyusut secara signifikan. Di sisi lain, data klaim pengangguran awal naik lebih tinggi dari perkiraan dan klaim pengangguran lanjutan meningkat ke level tertinggi sejak November 2021.
Di Eropa, Bank of England memangkas suku bunga di mana lima dari sembilan anggota dewan penentu kebijakan memberikan suara untuk pemotongan dan empat lainnya memilih mempertahankan suku bunga.
Keputusan suku bunga di masa mendatang menjadi tidak pasti karena kekhawatiran atas inflasi yang meningkat dan lemahnya pasar tenaga kerja. Sementara itu, surplus perdagangan Jerman menyempit ke level terendah sejak Oktober 2024 karena impor naik lebih tinggi dibanding ekspor.
Sedangkan di Asia, surplus perdagangan China juga menyempit melebihi perkiraan, meskipun ekspor tumbuh lebih cepat dari ekspektasi, karena impor justru tumbuh, berlawanan dengan ekspektasi kontraksi.
Di sisi lain, Indonesia mencatat pertumbuhan PDB yang lebih kuat dari perkiraan pada kuartal kedua. Peningkatan ini terutama didorong oleh pertumbuhan investasi dan konsumsi rumah tangga yang lebih tinggi.
Nada dovish yang mendadak
Ashmore mencermati, pekan ini, data pekerjaan AS yang lebih lemah dari klaim pengangguran awal sebelumnya, ditambah revisi besar-besaran ke bawah pada data   non-farm payroll   pekan sebelumnya, menambah sentimen negatif terhadap kondisi pasar tenaga kerja AS. Bahkan, data klaim pengangguran lanjutan meningkat ke level tertinggi dan menandai jumlah pengangguran tertinggi sejak November 2021.
Selain itu, pengunduran diri Gubernur The Fed Kugler baru-baru ini mendorong Presiden Trump mencalonkan Stephen Miran, Ketua Dewan Penasihat Ekonomi (CEA), yang dikenal mendukung rencana tarif dan pemangkasan suku bunga Trump.
"Alhasil, arah kebijakan suku bunga The Fed berubah cepat menjadi lebih  dovish  hanya dalam satu pekan, di mana pasar kini memperkirakan satu kali pemangkasan pada Oktober dan satu lagi pada Desember, dengan total dua kali pemangkasan tahun ini," tulis Ashmore.
"Selain itu, suku bunga bisa dipangkas hingga lima kali sampai akhir 2026. Imbal hasil obligasi pemerintah AS bertenor 10 tahun turun ke 4,25% dan tenor 2 tahun turun ke 3,74% mengikuti ekspektasi baru tersebut," imbuh Ashmore.
Sebaliknya, Ashmore menilai, ketidakpastian perdagangan global tetap tinggi meskipun volatilitas pasar saham dan obligasi relatif rendah, seperti yang terlihat pada grafik di bawah.
Ashmore juga menyoroti, berita terkini yang terus menyoroti sifat dinamis dari perjanjian dagang, di mana India diancam dengan tarif dua kali lipat menjadi 50% karena pembelian minyak dari Rusia. Produk dari Brasil juga terancam dikenakan tarif 50%, sementara kesepakatan dagang dengan China yang memiliki tenggat waktu 12 Agustus kemungkinan diperpanjang lagi selama 90 hari.
"Negosiasi yang sedang berlangsung menunjukkan dinamika yang terus berubah, namun yang pasti adalah dampak tarif belum sepenuhnya tercermin pada harga konsumen, dan margin serta pertumbuhan korporasi AS bisa menghadapi tekanan lebih lanjut," ungkap Ashmore.
Secara keseluruhan, Ashmore berpendapat, Indonesia relatif stabil di tengah arus berita global, namun imbal hasil obligasi pemerintah juga mengalami tekanan turun. Secara khusus, imbal hasil obligasi pemerintah Indonesia (IndoGB) tenor 10 tahun turun tajam dan ditutup di 6,41%, level terendah sejak Sep23, dan tenor 2 tahun turun ke 5,64%, yang juga merupakan level terendah sejak Jun23.
Imbal hasil SRBI mengalami penurunan serupa, dengan imbal hasil tenor 12 bulan turun ke 5,42% berdasarkan hasil lelang terakhir. "Kami percaya tren penurunan imbal hasil ini dapat berlanjut, mengingat Bank Indonesia telah bergerak secara independen dari The Fed. Pemangkasan suku bunga lanjutan masih mungkin terjadi, dan penerbitan obligasi hingga akhir tahun diperkirakan tetap terbatas, dengan pemerintah memanfaatkan anggaran berlebih," papar Ashmore.
Sementara itu, kondisi imbal hasil yang lebih rendah secara keseluruhan akan meningkatkan selera risiko dari investor global. Meskipun negara-negara Emerging Market mulai melihat arus masuk modal, Indonesia belum mengalami arus masuk asing yang signifikan. Terbukti, kepemilikan investor asing di empat bank besar yang menjadi proksi umum berada di level terendah dalam dua tahun terakhir.
"Dengan demikian, terdapat peluang besar bagi pengelola dana asing untuk masuk ke Indonesia dan dapat menjadi katalis  re-rating . Kami tetap bullish terhadap obligasi pemerintah Indonesia terutama yang berdurasi panjang, serta saham-saham likuid dan memiliki fundamental kuat di kondisi saat ini." (Ashmore)
Tren Penurunan Imbal Hasil Bisa Berlanjut, BI Bergerak Independen terhadap The Fed - Ashmore

Sumber : Admin

风险提示:本文所述仅代表作者个人观点,不代表 Followme 的官方立场。Followme 不对内容的准确性、完整性或可靠性作出任何保证,对于基于该内容所采取的任何行为,不承担任何责任,除非另有书面明确说明。

喜欢的话,赞赏支持一下
avatar
回复 0

加载失败()

  • tradingContest