Ipotnews - Dolar melorot untuk sesi kedua berturut-turut, Rabu, sehari setelah data inflasi Amerika Serikat meningkatkan ekspektasi penurunan suku bunga Federal Reserve bulan depan, dan tekanan baru dari Presiden Donald Trump untuk biaya pinjaman yang lebih rendah semakin memperburuk aksi jual.
Indeks Dolar (Indeks DXY), yang mengukur greenback terhadap sekeranjang enam mata uang utama lainnya, turun 0,2% menjadi 97,856, level terendah sejak 28 Juli, memperpanjang pelemahan 0,5% pada sesi Selasa, demikian laporan Reuters, di New York, Rabu (13/8) atau Kamis (14/8) pagi WIB.
Harga konsumen Amerika sedikit meningkat sepanjang Juli, menurut data yang dirilis Selasa, sejalan dengan perkiraan dan ketika dampak dari tarif Trump terhadap harga barang sejauh ini relatif terbatas.
Investor memperkirakan hampir pasti bahwa bank sentral akan memangkas suku bunga bulan depan, menurut data LSEG .
Rabu, Menteri Keuangan Scott Bessent menyerukan "serangkaian penurunan suku bunga," dan mengatakan the Fed dapat memulai pelonggaran suku bunga kebijakan dengan pemotongan 50 basis poin.
Sehari sebelumnya, Presiden Trump--yang berulang kali mengkritik Chairman Fed Jerome Powell karena tidak segera menurunkan suku bunga--menambah tekanan pada bank sentral.
Juru bicara Gedung Putih, Karoline Leavitt, mengatakan Presiden sedang mempertimbangkan gugatan terhadap Powell terkait pengelolaan renovasi di kantor pusat bank sentral di Washington.
"Saya pikir ada tekanan yang cukup signifikan terhadap the Fed dari sisi politik Washington untuk segera mengambil langkah terkait suku bunga," ujar Shaun Osborne, Chief Currency Strategist Scotiabank.
Michael Pfister, analis Commerzbank, mengatakan, "Perkembangan politik ini mengingatkan kita pada negara-negara otokratis, di mana kepala badan statistik atau bank sentral diganti dan rangkaian data penting sering dihentikan atau dimanipulasi."
"Saya tidak mengatakan bahwa ini pasti akan terjadi di sini. Namun, perkembangan beberapa hari dan pekan terakhir tidak sepenuhnya membuat saya optimistis tentang masa depan, atau dolar AS," kata Pfister.
Trump juga mengecam CEO Goldman Sachs, David Solomon, dengan mengatakan bank tersebut keliru memprediksi tarif Amerika akan merugikan perekonomian. Trump mempertanyakan apakah Solomon seharusnya memimpin lembaga Wall Street tersebut.
Pertimbangan Pelonggaran
Presiden Federal Reserve Atlanta, Raphael Bostic, Rabu, mengatakan lapangan kerja di Amerika yang hampir penuh menawarkan "kemewahan" bagi bank sentral untuk tidak terburu-buru melakukan penyesuaian kebijakan.
Sementara itu, Presiden Federal Reserve Chicago, Austan Goolsbee, mengatakan bank sentral AS sedang bergulat untuk memahami apakah tarif akan mendorong inflasi hanya temporer atau lebih persisten.
Keterpurukan dolar baru-baru ini mengancam pemulihan singkat yang terjadi sejak awal Juli, setelah kejatuhan sekitar 10% pada paruh pertama 2025.
"Kami belum melihat penguatan yang cukup bagi dolar secara umum untuk menandakan pembalikan dalam tren penurunan yang masih cukup signifikan," tutur Osborne.
Depresiasi dolar mendukung euro dan poundsterling. Terakhir, mata uang tunggal itu menguat 0,2% menjadi USD1,1698, sempat mencapai level tertinggi sejak 28 Juli. Demikian pula, mata uang Inggris naik 0,5% menjadi USD1,3567, sempat menyentuh posisi tertinggi sejak 24 Juli.
Pasar tenaga kerja Inggris kembali melemah, meski pertumbuhan upah tetap kuat, menurut data Selasa, menggarisbawahi mengapa Bank of England sangat berhati-hati dalam memangkas suku bunga.
Dolar Australia menguat 0,2% menjadi USD0,6541, sementara dolar Selandia Baru naik 0,3% menjadi USD0,5973.
Selasa, Reserve Bank of Australia memangkas suku bunga sesuai perkiraan, dan mengisyaratkan pelonggaran kebijakan lebih lanjut mungkin diperlukan untuk memenuhi target inflasi dan ketenagakerjaan karena ekonomi kehilangan momentum. (ef)
Sumber : Admin
作者:indopremier_id,文章来源indopremier_id,版权归原作者所有,如有侵权请联系本人删除。
风险提示:本文所述仅代表作者个人观点,不代表 Followme 的官方立场。Followme 不对内容的准确性、完整性或可靠性作出任何保证,对于基于该内容所采取的任何行为,不承担任何责任,除非另有书面明确说明。
喜欢的话,赞赏支持一下
加载失败()