Ipotnews - Harga minyak menguat, Kamis, karena investor mempertimbangkan dampak pertemuan AS-Rusia mengenai Ukraina pekan ini terhadap aliran minyak mentah Rusia, dengan sanksi sekunder yang membayangi pelanggan Moskow, sementara prospek peningkatan pasokan membatasi kenaikan.
Minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, naik 41 sen, atau 0,62%, menjadi USD66,04 per barel pada pukul 14.11 WIB, demikian laporan Reuters dan Bloomberg, di Singapura, Kamis (14/8).
Sementara, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate, meningkat 40 sen, atau 0,64%, menjadi USD63,05 per barel.
Kedua kontrak menyentuh level terendah dalam dua bulan, Rabu, setelah panduan pasokan yang bearish dari pemerintah Amerika dan Badan Energi Internasional (IEA).
Rabu, Trump mengancam "konsekuensi berat" jika Putin tidak menyetujui perdamaian di Ukraina. Trump tidak merinci apa konsekuensinya, tetapi dia telah memperingatkan sanksi ekonomi jika pertemuan di Alaska, Jumat, terbukti sia-sia.
"Ketidakpastian perundingan damai AS-Rusia terus menambah premi risiko bullish mengingat pembeli minyak Rusia dapat menghadapi tekanan ekonomi yang lebih besar," ujar Rystad Energy.
"Bagaimana krisis Ukraina-Rusia terselesaikan dan perubahan arus Rusia dapat membawa beberapa kejutan yang tak terduga."
Trump mengancam akan memberlakukan tarif sekunder terhadap pembeli minyak mentah Rusia, terutama China dan India, jika Rusia melanjutkan perangnya di Ukraina.
"Jelas ada risiko kenaikan bagi pasar jika hanya sedikit kemajuan yang dicapai dalam gencatan senjata," kata Warren Patterson, Head of Commodities Strategy ING.
Ekspektasi surplus minyak hingga akhir tahun ini dan 2026, dikombinasikan dengan kapasitas cadangan dari Organisasi Negara Eksportir Minyak ( OPEC ), berarti pasar seharusnya mampu mengelola dampak tarif sekunder terhadap India, ungkap Patterson.
"Namun, situasi akan menjadi lebih sulit jika kita melihat tarif sekunder terhadap pembeli utama minyak mentah Rusia lainnya, termasuk China dan Turki," ujarnya.
Ekspektasi bahwa Federal Reserve akan memangkas suku bunga pada September juga mendukung harga minyak. Trader hampir 100% sepakat bahwa pelonggaran akan terjadi setelah inflasi Amerika meningkat dengan laju moderat pada Juli.
Menteri Keuangan Scott Bessent memperkirakan pemotongan setengah poin persentase yang agresif dimungkinkan mengingat angka ketenagakerjaan yang lemah baru-baru ini.
Pasar memperkirakan peluang pemangkasan seperempat poin persentase pada pertemuan 16-17 September mencapai 99,9%, menurut FedWatch Tool CME Group.
Suku bunga pinjaman yang lebih rendah akan mendorong permintaan minyak.
Harga minyak tetap tertahan karena persediaan minyak mentah di Amerika Serikat secara tak terduga melonjak 3 juta barel dalam pekan yang berakhir pada 8 Agustus, menurut Badan Informasi Energi (EIA) AS, Rabu.
IEA juga memperkirakan pasokan global pada 2025 dan 2026 akan meningkat lebih cepat dari estimasi, karena OPEC dan sekutunya meningkatkan output dan produksi dari luar kelompok tersebut melesat. (ef)
Sumber : Admin
作者:indopremier_id,文章来源indopremier_id,版权归原作者所有,如有侵权请联系本人删除。
风险提示:本文所述仅代表作者个人观点,不代表 Followme 的官方立场。Followme 不对内容的准确性、完整性或可靠性作出任何保证,对于基于该内容所采取的任何行为,不承担任何责任,除非另有书面明确说明。
喜欢的话,赞赏支持一下
加载失败()