- Rupiah melemah ke level Rp16.337 per dolar AS pada Jumat pagi (22/8), turun 49 poin (0,30%) dibanding Kamis sore, dipengaruhi sentimen hawkish pejabat Federal Reserve.
- Pejabat The Fed Kansas dan Cleveland menegaskan belum ada urgensi untuk memangkas suku bunga, dengan alasan inflasi masih sekitar target 2% dan pasar tenaga kerja tetap kuat.
- Dolar AS menguat didukung data ekonomi positif, termasuk PMI manufaktur AS yang melonjak ke 53,3 (tertinggi sejak Mei 2022), menandakan ekspansi kuat dan menambah tekanan inflasi.
Ipotnews - Kurs rupiah diprediksi melemah terhadap dolar, setelah muncul sinyal hawkish dari pejabat Federal Reserve (The Fed) bahwa Amerika Serikat belum urgen untuk memangkas suku bunga acuan.
Mengutip data Bloomberg pada Jumat pagi (22/8) pukul 09.25 WIB, kurs rupiah sedang diperdagangkan di level Rp16.337 per dolar AS, melemah 49 poin atau 0,30% dibandingkan Kamis sore (21/8) dilevel Rp16.288 per dolar AS.
Analis Doo Financial Futures, Lukman Leong mengatakan kurs rupiah diperkirakan melemah terhadap dolar AS yang menguat oleh pernyataan hawkish Presiden the Fed Kansas Jeffrey Schmid akan resiko inflasi. "Ditambah dengan pernyataan Presiden the Fed Cleveland Beth Hammack yang juga tidak mendukung pemangkasan suku bunga," kata Lukman saat dihubungi Ipotnews pagi ini.
Presiden the Fed Kansas City, Jeffrey Schmid menyatakan belum ada urgensi untuk memangkas suku bunga acuan dari AS. Schmid mengatakan hal itu tidak terlepas dari data ekonomi, mengingat inflasi masih bertahan dalam kisaran target 2%. Di sisi lain, kondisi pasar tenaga kerja relatif kuat.
"Saya pikir kita berada di posisi yang cukup baik dan perlu data yang benar-benar meyakinkan untuk mengubah kebijakan saat ini," kata Schmid di CNBC , Jumat (22/8).
Dolar AS juga didukung oleh data PMI dan perumahan AS yang lebih kuat dari perkiraan. "Kurs rupiah hari ini diperkirakan di kisaran Rp16.250 - Rp16.400 per dolar AS," ujar Lukman.
Sektor manufaktur AS tumbuh pada laju tercepat dalam lebih dari tiga tahun, didorong oleh peningkatan permintaan yang sekaligus menambah tekanan inflasi.
Indeks manajer pembelian (Purchasing Managers Index/PMI) manufaktur versi flash S&P Global untuk Agustus naik 3,5 poin menjadi 53,3--level tertinggi sejak Mei 2022, menurut data yang dirilis Kamis (21/8). Angka di atas 50 menandakan ekspansi.
Kenaikan indikator manufaktur ini ikut mendorong PMI komposit, yang juga mencakup sektor jasa, ke posisi tertinggi sepanjang tahun ini.(Adhitya/AI)
Sumber : admin
作者:indopremier_id,文章来源indopremier_id,版权归原作者所有,如有侵权请联系本人删除。
风险提示:本文所述仅代表作者个人观点,不代表 Followme 的官方立场。Followme 不对内容的准确性、完整性或可靠性作出任何保证,对于基于该内容所采取的任何行为,不承担任何责任,除非另有书面明确说明。
喜欢的话,赞赏支持一下
加载失败()