Rupiah Tertekan Jelang Pidato Powell di Jackson Hole, Sinyal Ketidakpastian Datang dari Kedua Sisi Pasar

avatar
· 阅读量 21
  • USD/IDR naik tipis 0,07% ke 16.359,5 pada Jumat di awal sesi Eropa.
  • Data domestik M2 naik ke Rp9.569,7 triliun, tapi penyaluran kredit melambat.
  • Pelaku pasar menanti arah dovish dari Powell di tengah tekanan politik dan data tenaga kerja AS yang melemah.

Laju Rupiah Indonesia (IDR) kembali menunjukkan tekanan moderat pada awal perdagangan sesi Eropa, menyusul sikap pasar yang menahan langkah menjelang pidato penting Ketua The Fed Jerome Powell di simposium Jackson Hole malam ini. Pasangan mata uang USD/IDR menguat tipis sebesar 11,5 poin atau sekitar 0,07% ke level 16.359,5 pada Jumat. Penguatan Dolar AS mencerminkan posisi defensif investor global yang tengah menimbang sinyal arah kebijakan suku bunga AS selanjutnya. Jika Powell menyampaikan nada dovish, peluang penguatan Rupiah masih terbuka, tetapi nada hawkish akan memperpanjang tekanan terhadap mata uang emerging markets, termasuk Indonesia. Untuk sementara, USD/IDR diproyeksikan akan bergerak dalam rentang 16.300-16.400 pada hari ini.

M2 Tumbuh, Kredit Melambat: Efektivitas Pelonggaran BI Masih Diuji

Dari dalam negeri, indikator likuiditas mencatatkan sedikit perbaikan. Data Bank Indonesia (BI) menunjukkan bahwa likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) pada Juli 2025 tumbuh sebesar 6,5% (yoy), sedikit lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan bulan sebelumnya yang sebesar 6,4% (yoy), dengan total nominal mencapai Rp9.569,7 triliun. Pendorong utama kenaikan ini berasal dari pertumbuhan uang beredar sempit (M1) sebesar 8,7% dan uang kuasi sebesar 4,8%. Aktiva luar negeri bersih juga tumbuh signifikan, naik dari 3,9% menjadi 7,3% (yoy), mencapai Rp2.004,1 triliun. Sementara itu, kontraksi tagihan bersih kepada Pemerintah Pusat mulai mereda dari -8,2% menjadi -6,2% (yoy).

Namun di sisi lain, penyaluran kredit perbankan justru mengalami perlambatan, dari 7,6% pada Juni menjadi 6,6% pada Juli 2025. Kondisi ini mengindikasikan bahwa transmisi pelonggaran moneter belum sepenuhnya tersalurkan ke sektor riil. Setelah empat kali pemangkasan suku bunga acuan sepanjang tahun ini, terakhir pada Rabu lalu sebesar 25 basis poin ke level 5,00%, Bank Indonesia telah membuka ruang pelonggaran. Namun, sejauh mana dampaknya akan bergantung pada respons perbankan dalam menyalurkan kredit serta keberanian dunia usaha untuk memanfaatkan peluang tersebut. Di tengah kondisi global yang penuh ketidakpastian, arah kebijakan moneter Indonesia diprakirakan tetap berhati-hati, menjaga keseimbangan antara stabilitas nilai tukar dan kebutuhan mendukung pemulihan domestik.

Pasar Global Terbelah: Tekanan Politik, Data Ketenagakerjaan Melemah, PMI Menguat

Di panggung global, ekspektasi pasar terpecah. Di satu sisi, tekanan politik dari Gedung Putih terhadap Federal Reserve semakin terlihat. Presiden AS Donald Trump kembali mendorong restrukturisasi internal The Fed, termasuk desakan pengunduran diri Lisa Cook terkait isu hipotek, yang ditolak oleh Cook. Trump juga telah mencalonkan Stephen Miran untuk menggantikan Adriana Kugler yang mengundurkan diri lebih awal dari masa jabatannya. Tekanan politik ini menjadi sorotan tersendiri di tengah momentum rapuh kepercayaan pasar terhadap independensi The Fed.

Sementara itu, data makroekonomi AS menampilkan sinyal campuran. Laporan Departemen Tenaga Kerja AS mencatat Klaim Awal Tunjangan Pengangguran naik menjadi 235 ribu pada pekan yang berakhir 16 Agustus, lebih tinggi dari ekspektasi 225 ribu dan pekan sebelumnya sebesar 224 ribu. Rata-rata empat mingguan juga naik menjadi 226,25 ribu. Klaim Tunjangan Lanjutan bertambah 30 ribu menjadi 1,972 juta, sementara tingkat pengangguran yang diasuransikan tetap di level 1,3%. Revisi data nonfarm payrolls bulan Juni bahkan menunjukkan penurunan tajam dari 147 ribu menjadi hanya 14 ribu, dengan tingkat pengangguran naik ke 4,2% pada Juli.

Meskipun demikian, indikator aktivitas bisnis menunjukkan ketahanan. PMI Gabungan S&P Global untuk Agustus naik ke 55,4 dari 55,1, menunjukkan ekspansi yang lebih kuat. PMI manufaktur mencatat rebound signifikan ke 53,3 dari 49,8, menandai pemulihan sektor industri. Namun sektor jasa mencatat penurunan tipis ke 55,4 dari 55,7. Chris Williamson, Kepala Ekonom Bisnis di S&P Global Market Intelligence, menyebut bahwa data ini mengarah pada proyeksi pertumbuhan ekonomi AS kuartal ketiga di kisaran 2,5% tahunan, naik dari rata-rata 1,3% pada semester pertama.

Dilema Powell: Menjaga Inflasi atau Merespons Pelemahan Tenaga Kerja?

Dalam lanskap ini, pasar memfokuskan perhatian pada bagaimana Powell akan menanggapi tekanan ganda: pelemahan tenaga kerja dan tekanan politik. Philip Wee, Ahli Strategi Valas Senior dari DBS, memprakirakan Powell akan mengakui lemahnya data pekerjaan sebagai faktor kontinjensi dalam pendekatan kebijakan ke depan. Sementara Presiden The Fed Kansas City Jeff Schmid mengingatkan bahwa inflasi masih mendekati 3%, jauh dari target 2%, dan menegaskan bahwa belum ada urgensi untuk menurunkan suku bunga. Ia menyebut The Fed akan menunggu data yang lebih kuat setidaknya hingga September.

Nada yang lebih terbuka datang dari Presiden The Fed Boston Susan Collins, yang mengisyaratkan kemungkinan pemangkasan suku bunga pada pertemuan FOMC berikutnya. Ia menilai tekanan tarif dan potensi pelemahan pasar tenaga kerja sebagai alasan utama, meskipun inflasi diprakirakan masih akan meningkat hingga akhir tahun. Presiden The Fed Chicago, Austan Goolsbee, juga menyoroti sinyal ekonomi yang beragam dan risiko stagflasi yang masih membayangi, sambil menegaskan pentingnya menjaga independensi bank sentral.

Probabilitas pemangkasan suku bunga The Fed sebesar 25 basis poin pada pertemuan September kini mencapai 73,3% menurut CME FedWatch. Dengan latar ketidakpastian seperti ini, pelaku pasar masih menakar apakah Powell akan tetap menekankan mandat pengendalian inflasi atau mulai memberi bobot lebih besar pada kondisi pasar tenaga kerja sebagai dasar kebijakan moneter jangka pendek.

Indikator Ekonomi

Simposium Jackson Hole

Simposium Kebijakan Ekonomi Jackson Hole merupakan simposium tahunan yang disponsori oleh Federal Reserve Bank Kansas City sejak 1978, dan diselenggarakan di Jackson Hole, Wyoming, sejak tahun 1981. Ini adalah forum untuk gubernur bank sentral, para ahli kebijakan dan akademisi untuk datang bersama-sama untuk fokus pada topik.

Baca lebih lanjut

Rilis berikutnya Sab Agu 23, 2025 00.00

Frekuensi: Tidak teratur

Konsensus: -

Sebelumnya: -

Sumber: Federal Reserve Bank of Kansas City

Bagikan: Pasokan berita

风险提示:本文所述仅代表作者个人观点,不代表 Followme 的官方立场。Followme 不对内容的准确性、完整性或可靠性作出任何保证,对于基于该内容所采取的任何行为,不承担任何责任,除非另有书面明确说明。

喜欢的话,赞赏支持一下
avatar
回复 0

加载失败()

  • tradingContest