- Harga CPO naik untuk pekan ketiga berturut, didorong ekspor solid, produksi rendah, dan penguatan harga minyak nabati global.
- Ekspor periode 1-20 Agustus naik hingga 17%, sementara ringgit melemah, membuat CPO lebih kompetitif di pasar ekspor.
- India mulai impor dari Kolombia dan Guatemala, dan pasar menanti keputusan AS terkait kebijakan biofuel yang bisa memengaruhi permintaan.
Ipotnews - Minyak sawit (CPO) berjangka Malaysia kembali menguat, Jumat, menandai kenaikan mingguan ketiga berturut-turut, didorong lonjakan harga minyak nabati saingan di bursa Dalian dan Chicago, solidnya permintaan ekspor, serta pertumbuhan output yang minim.
Harga minyak sawit berjangka untuk kontrak pengiriman November di Bursa Malaysia Derivatives Exchange naik 37 ringgit atau 0,83% menjadi 4.497 ringgit (USD1.063,62) per ton metrik pada jeda tengah hari, demikian laporan Reuters, di Jakarta, Jumat (22/8).
Sepanjang pekan ini, kontrak tersebut menguat sekitar 0,56%.
"Produksi kita pada Agustus tergolong rendah. Data awal menunjukkan pertumbuhan hanya sekitar 2-3%, dan ekspor diperkirakan tetap kuat hingga September," ujar Paramalingam Supramaniam, Direktur Pelindung Bestari, pialang yang berbasis di Selangor.
Kontrak minyak kedelai soyoil yang paling aktif di Bursa Dalian naik 0,52%, sementara kontrak minyak sawit turun 0,17%. Di sisi lain, harga minyak kedelai Chicago Board of Trade ( CBOT ) terkoreksi 0,26% setelah melonjak 4,73% pada sesi sebelumnya.
Harga minyak sawit mengikuti pergerakan minyak nabati lainnya karena bersaing di pasar global.
Kondisi pasar juga dipengaruhi langkah India yang untuk pertama kalinya mengimpor minyak sawit dari Kolombia dan Guatemala, menyusul penawaran diskon besar dari produsen yang mengalami kelebihan stok itu, menurut laporan dari empat sumber perdagangan.
Data dari Intertek Testing Services dan AmSpec Agri Malaysia menunjukkan ekspor produk minyak sawit Malaysia sepanjang 1-20 Agustus melesat antara 13,6% hingga 17% dibandingkan periode yang sama bulan lalu.
Sementara itu, ringgit Malaysia, mata uang utama perdagangan CPO, melemah 0,14% terhadap dolar AS, membuat harga minyak sawit lebih kompetitif bagi pembeli internasional.
Dari sisi kebijakan global, pemerintahan Presiden AS Donald Trump dilaporkan akan memutuskan permintaan keringanan hukum biofuel dari kilang minyak kecil secepatnya hari ini. Namun, keputusan terkait kewajiban kilang besar untuk meningkatkan pencampuran biofuel diperkirakan masih ditunda, menurut dua sumber yang mengetahui rencana tersebut.
"Harga CPO saat ini berada dalam kisaran netral antara 4.475 hingga 4.542 ringgit per ton. Pergerakan di luar rentang ini bisa menjadi penentu arah harga selanjutnya," kata analis teknikal Reuters, Wang Tao. (Reuters/AI)
Sumber : Admin
作者:indopremier_id,文章来源indopremier_id,版权归原作者所有,如有侵权请联系本人删除。
风险提示:本文所述仅代表作者个人观点,不代表 Followme 的官方立场。Followme 不对内容的准确性、完整性或可靠性作出任何保证,对于基于该内容所采取的任何行为,不承担任何责任,除非另有书面明确说明。
喜欢的话,赞赏支持一下
加载失败()