NEW YORK , investor.id -Harga minyak dunia naik 1% lebih pada perdagangan Senin (25/8/2025), melanjutkan penguatan pekan lalu. Sentimen didorong potensi sanksi baru Amerika Serikat (AS) terhadap minyak Rusia serta serangan Ukraina ke infrastruktur energi Rusia yang berisiko mengganggu pasokan global.
Dikutip dari Reuters, harga minyak mentah Brent ditutup naik US$ 1,07 (1,58%) menjadi US$ 68,8 per barel. Sementara harga minyak West Texas Intermediate (WTI) menguat US$ 1,14 (1,79%) ke level US$ 64,80 per barel.
AS saat ini berupaya menengahi kesepakatan damai untuk mengakhiri perang Rusia dan Ukraina yang telah berlangsung 3,5 tahun. Namun, analis menilai negosiasi berjalan lambat.
"Sepertinya pembicaraan damai berjalan alot. Jika tidak ada kemajuan, sanksi tambahan pada Rusia kemungkinan akan diberlakukan," ujar Senior Analyst di Price Futures Group Phil Flynn.
Presiden AS Donald Trump sebelumnya menegaskan akan menjatuhkan sanksi baru terhadap Rusia jika tidak ada terobosan dalam dua pekan. Trump juga mengancam akan mengenakan tarif tinggi pada India terkait pembelian minyak Rusia.
Akhir pekan lalu, Wakil Presiden AS JD Vance mengatakan Rusia telah membuat 'konsesi signifikan' menuju penyelesaian damai. Namun, Ukraina justru meningkatkan serangan drone ke infrastruktur energi Rusia. Serangan terbaru menimbulkan kebakaran besar di terminal ekspor bahan bakar Ust-Luga.
Kebakaran Kilang Rusia
Selain itu, kebakaran di kilang minyak Novoshakhtinsk akibat serangan drone Ukraina masih berlangsung hingga hari keempat pada Minggu (24/8/2025). Kilang ini berkapasitas 5 juta metrik ton per tahun, setara 100 ribu barel per hari, dengan fokus ekspor bahan bakar.
Meski potensi gangguan pasokan dari Rusia meningkat, pasar juga memperhitungkan langkah OPEC + yang membalikkan kebijakan pemangkasan produksi. Aliansi produsen minyak itu menambah jutaan barel ke pasar, dan delapan anggotanya dijadwalkan bertemu pada 7 September untuk mengesahkan tambahan produksi lagi.
Dari sisi sentimen makro, minat risiko investor meningkat setelah Ketua The Fed Jerome Powell memberi sinyal kemungkinan pemangkasan suku bunga pada pertemuan September. Namun, analis menilai momentum kenaikan harga minyak masih terbatas.
"Kini pasar semakin yakin tarif yang akan diberlakukan Trump bisa menekan pertumbuhan ekonomi, sehingga permintaan bahan bakar berpotensi terhambat," kata Priyanka Sachdeva, Senior Market Analyst di Phillip Nova.
Sumber : investor.id
作者:indopremier_id,文章来源indopremier_id,版权归原作者所有,如有侵权请联系本人删除。
风险提示:本文所述仅代表作者个人观点,不代表 Followme 的官方立场。Followme 不对内容的准确性、完整性或可靠性作出任何保证,对于基于该内容所采取的任何行为,不承担任何责任,除非另有书面明确说明。
喜欢的话,赞赏支持一下
加载失败()