- Harga minyak turun setelah lonjakan hampir 2% sehari sebelumnya, dipicu kekhawatiran gangguan pasokan akibat serangan Ukraina ke infrastruktur energi Rusia.
- Sentimen pasar tetap waspada, dengan potensi sanksi baru AS terhadap Rusia dan tarif tinggi atas India yang bisa mengganggu perdagangan minyak global.
- Fokus pasar ke data inventori AS, dengan ekspektasi penurunan stok minyak mentah dan bensin, namun kemungkinan kenaikan pada distilat.
Ipotnews - Harga minyak mentah melemah, Selasa, setelah melambung hampir 2% di sesi sebelumnya, dengan sentimen pasar masih dibayangi kekhawatiran atas potensi gangguan pasokan akibat konflik yang terus berlanjut antara Rusia dan Ukraina.
Minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, turun 45 sen atau 0,65% menjadi USD68,35 per barel pada pukul 14.36 WIB, demikian laporan Reuters dan Bloomberg, di Singapura, Selasa (26/8).
Sementara itu, patokan Amerika Serikat, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI), melemah 48 sen atau 0,74% menjadi USD64,32 per barel.
Kedua kontrak sempat menyentuh level tertinggi dalam lebih dari dua pekan pada sesi Senin, dengan WTI berhasil menembus rata-rata pergerakan 100 hari (MA-100).
"Risiko pergerakan harga minyak tampaknya condong ke arah kenaikan lebih lanjut, terutama jika harga mampu bertahan di atas level resistance USD64-65," tulis analis IG.
Kenaikan harga pada awal pekan ini didorong kekhawatiran atas gangguan pasokan, menyusul serangan Ukraina terhadap infrastruktur energi Rusia.
Serangan tersebut mengganggu proses produksi dan ekspor minyak Rusia, serta menyebabkan kelangkaan bensin di beberapa wilayah negara itu. Serangan itu merupakan respons terhadap kemajuan militer Rusia di medan perang dan serangan atas fasilitas energi Ukraina.
Dalam catatan terpisah kepada klien, Barclays menyebutkan harga minyak saat ini berada dalam rentang yang ketat, ditopang ketidakpastian geopolitik dan fundamental pasar yang relatif tangguh.
Di sisi politik, Presiden AS Donald Trump kembali melontarkan ancaman sanksi tambahan terhadap Rusia jika tidak ada kemajuan menuju perjanjian damai dalam dua pekan ke depan.
Pasar juga mencermati potensi dampak tarif baru dari Amerika Serikat terhadap India, terkait dengan pembelian minyak Rusia yang masih berlangsung, ungkap Head of Commodity Strategy Saxo Bank, Ole Hansen.
Eksportir India kini tengah bersiap menghadapi gangguan, menyusul pemberitahuan dari Departemen Keamanan Dalam Negeri Amerika yang memastikan akan memberlakukan tambahan tarif 25% terhadap seluruh barang asal India mulai Rabu (27/8).
Dengan demikian, total tarif yang dikenakan terhadap ekspor India ke AS dapat mencapai 50%, menjadikannya salah satu beban tarif tertinggi yang pernah diberlakukan Washington.
Pelaku pasar saat ini menantikan rilis data persediaan minyak mingguan dari American Petroleum Institute (API) yang dijadwalkan hari ini. Konsensus pasar memperkirakan penurunan stok minyak mentah dan bensin, namun kemungkinan adanya kenaikan persediaan distilat. (Reuters/Bloomberg/AI)
Sumber : Admin
作者:indopremier_id,文章来源indopremier_id,版权归原作者所有,如有侵权请联系本人删除。
风险提示:本文所述仅代表作者个人观点,不代表 Followme 的官方立场。Followme 不对内容的准确性、完整性或可靠性作出任何保证,对于基于该内容所采取的任何行为,不承担任何责任,除非另有书面明确说明。
喜欢的话,赞赏支持一下
加载失败()