- Brent dan WTI masing-masing anjlok 2,3% dan 2,4%, menghapus kenaikan sebelumnya di tengah kekhawatiran pasar terkait perang Ukraina dan tarif AS.
- Serangan Ukraina ke infrastruktur energi Rusia memicu kekurangan bensin di Rusia, meski Moskow menaikkan ekspor minyak dari pelabuhan barat.
- Ancaman tarif AS hingga 50% terhadap ekspor India dan kemungkinan sanksi baru pada Rusia menambah ketidakpastian pasar minyak global.
Ipotnews - Harga minyak merosot lebih 2%, Selasa, menghapus kenaikan yang terjadi sehari sebelumnya, seiring meningkatnya kekhawatiran pasar terhadap ketegangan geopolitik, termasuk potensi gangguan pasokan dari Rusia, konflik Ukraina, serta rencana tarif baru Amerika.
Minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, ditutup anjlok USD1,58 atau 2,3% menjadi USD67,22 per barel, demikian laporan Reuters, di New York, Selasa (26/8) atau Selasa (27/8) pagi WIB.
Sementara, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI), menyusut USD1,55 atau 2,4% menjadi USD63,25 per barel. Penurunan ini terjadi sehari setelah kedua acuan minyak itu menyentuh level tertinggi sejak awal Agustus.
"Dengan banyaknya ketidakpastian yang memengaruhi pasar minyak -- dari konflik di Ukraina hingga perang tarif -- investor cenderung enggan mengambil posisi jangka panjang," kata Tamas Varga, analis PVM Oil Associates, sambil menambahkan harga Brent kemungkinan akan bergerak dalam kisaran USD65-74 dalam waktu dekat.
Lonjakan harga minyak pada sesi Senin sebelumnya dipicu oleh meningkatnya risiko pasokan akibat serangan Ukraina terhadap infrastruktur energi Rusia serta potensi sanksi tambahan dari Amerika atas ekspor minyak Rusia.
Konflik yang terus memanas menyebabkan gangguan signifikan pada kilang minyak Rusia dan distribusi energinya, bahkan menciptakan kelangkaan bensin di beberapa wilayah negara tersebut.
Meski demikian, Rusia berencana meningkatkan ekspor minyak mentah dari pelabuhan baratnya hingga 200.000 barel per hari bulan ini karena gangguan pada kilang membuat lebih banyak minyak mentah tersedia untuk diekspor, menurut sumber yang mengetahui rencana tersebut.
Di sisi diplomatik, Presiden AS Donald Trump kembali memperingatkan akan memberlakukan sanksi tambahan terhadap Rusia jika tidak ada kemajuan signifikan menuju kesepakatan damai dalam dua minggu ke depan.
Namun, sumber Reuters menyebutkan pejabat AS dan Rusia telah menggelar pembicaraan tidak resmi mengenai sejumlah kerja sama energi selama pertemuan damai yang berlangsung bulan ini.
Di sisi lain, tensi perdagangan antara AS dan India juga turut menjadi perhatian pasar. Ekspor India berisiko dikenakan tarif hingga 50% oleh Amerika--tingkat tertinggi yang pernah diberlakukan Washington terhadap New Delhi.
"Fokus utama minggu ini adalah kemungkinan tarif AS terhadap India yang bisa naik dua kali lipat menjadi 50% secepatnya besok (Rabu waktu setempat). Hal ini berpotensi menambah hambatan terhadap ekspor Rusia yang sebelumnya sudah terganggu oleh serangan Ukraina pada kilang minyak Rusia," tulis analis Ritterbusch and Associates. (Reuters/AI)
Sumber : Admin
作者:indopremier_id,文章来源indopremier_id,版权归原作者所有,如有侵权请联系本人删除。
风险提示:本文所述仅代表作者个人观点,不代表 Followme 的官方立场。Followme 不对内容的准确性、完整性或可靠性作出任何保证,对于基于该内容所采取的任何行为,不承担任何责任,除非另有书面明确说明。
喜欢的话,赞赏支持一下
加载失败()