- Rupiah melemah ke Rp16.368 per dolar AS pada Rabu (27/8), turun 70 poin (0,43%) akibat kekhawatiran pasar soal independensi The Fed setelah Presiden AS Donald Trump berupaya mencopot Gubernur Fed Lisa Cook.
- Gejolak politik di AS memicu ketidakpastian kebijakan moneter, ditambah rencana tarif tambahan 25% AS atas ekspor India, sehingga investor menahan diri.
- Faktor domestik ikut membayangi, yakni rencana aksi buruh besar-besaran pada Kamis (28/8) dengan tuntutan kenaikan upah 8,5%-10,5%, penghapusan outsourcing, serta kenaikan PTKP .
Ipotnews - Rupiah kembali melemah pada perdagangan Rabu (27/8) seiring meningkatnya kekhawatiran pasar atas independensi bank sentral Amerika Serikat (The Fed).
Mengutip data Bloomberg pada Rabu sore (27/8), kurs rupiah akhirnya ditutup di level Rp16.368 per dolar AS, turun 70 poin atau 0,43% dibandingkan penutupan Selasa sore (26/8) di level Rp16.298 per dolar AS.
Presiden AS Donald Trump sebelumnya menyatakan akan mencopot Gubernur The Fed Lisa Cook dengan tuduhan penipuan hipotek. Namun Cook menolak untuk mundur dan menyatakan siap menempuh jalur hukum. The Fed juga menegaskan bahwa Trump tidak memiliki wewenang atas pemecatan tersebut.
"Langkah Trump ini menimbulkan keresahan karena dianggap sebagai campur tangan politik terhadap independensi The Fed. Padahal, independensi Fed adalah fondasi utama kredibilitas kebijakan moneter AS," kata pengamat mata uang dan komoditas, Ibrahim Assuaibi dalam siaran pers, sore ini.
Kondisi ini membuat investor menahan diri, terlebih The Fed masih berhati-hati soal kemungkinan pemangkasan suku bunga pada September. Selain itu, rencana AS mengenakan tarif tambahan sebesar 25% pada ekspor India, hingga total menjadi 50%, ikut menekan sentimen pasar.
Dari dalam negeri, rupiah juga dibayangi rencana aksi buruh pada Kamis (28/8). Sedikitnya 10.000 buruh akan menggelar demonstrasi di Jakarta dengan tuntutan kenaikan upah minimum nasional 8,5%-10,5% pada 2026, penghapusan outsourcing, serta kenaikan PTKP dari Rp4,5 juta menjadi Rp7,5 juta per bulan.
"Pasar tidak hanya mencermati ketegangan di AS, tapi juga dinamika domestik. Jika aksi buruh menekan biaya usaha, hal ini bisa berdampak pada daya saing ekonomi Indonesia," tambah Ibrahim.
Ibrahim memperkirakan rupiah masih rawan melemah dalam jangka pendek, seiring investor menunggu arah jelas kebijakan The Fed sekaligus perkembangan situasi domestik.(Adhitya/AI)
Sumber : admin
作者:indopremier_id,文章来源indopremier_id,版权归原作者所有,如有侵权请联系本人删除。
风险提示:本文所述仅代表作者个人观点,不代表 Followme 的官方立场。Followme 不对内容的准确性、完整性或可靠性作出任何保证,对于基于该内容所采取的任何行为,不承担任何责任,除非另有书面明确说明。
喜欢的话,赞赏支持一下
加载失败()