jpnn.com, JAKARTA - Sebanyak 36 Direksi Danantara melakukan perjalanan ke Swiss. Lawatan mancanegara dengan alasan untuk mengikuti retret kamp kepemimpinan itu pun menjadi sorotan.
Ketua Majelis Pertimbangan Pusat (MPP) Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Mulyanto mempertanyakan efektivitas program yang dibuat Danantara itu dibandingkan dengan dana jumbo yang telah dikeluarkan.
"Ini tentu mengeluarkan anggaran yang tidak sedikit. Seberapa efektif program ini dibandingkan dengan acara retreet domestik, kita tidak tahu. Yang jelas ini makin menegaskan posisi Danantara sebagai Holding BUMN ketimbang SWF (sovereign wealth fund, red)," ujar Mulyanto kepada JPNN.com, Kamis (28/8).
- Reformasi Kompensasi BUMN: Momentum Penyelamatan Aset Negara di Bawah Danantara
Menurut Mulyanto, sebaiknya Danantara difokuskan menjadi holding BUMN, sedangkan fungsinya sebagai SWF diserahkan kepada Indonesia Investment Authority (INA).
Lebih lanjut Mulyanto mencontohkan fungsi Danantara dalam penyelamatan keuangan PT. KAI yang terbebani utang PT. Kereta Cepat Indonesia China (KCIC).
Menurut dia, sebaiknya Danantara fokus menangani efisiensi dan strategi perbaikan manajemen sehingga tidak sampai ke urusan penjajakan intensif bersama PT KAI untuk merampungkan masalah utang dan kerugian PT KCIC sebagai operator Whoosh.
- Danantara Luncurkan Patriot Bonds, Pengusaha Nasional Siap Dukung Pembangunan Jangka Panjang
Mulyanto beralasan penataan ini penting agar tugas Danantara dalam pendayagunaan aset, peningkatan efisiensi, dan daya saing BUMN di pasar regional dapat benar-benar dijalankan secara fokus tanpa dipusingkan oleh beban lainnya.
"Sementara fungsi sebagai SWF, biarlah dijalankan oleh Indonesia Investment Authority (INA) yang sampai hari terbukti konsisten dan berkinerja baik dalam menjalankan fungsi itu," beber Mulyanto.
加载失败()